Wednesday, January 15, 2014

Menulis itu segampang..nggosip :-)

Orang-orang mungkin akan mudah lupa dengan apa yang kamu katakan
Namun mereka akan mengingat apa yang kamu tuliskan
Maka bijaksanalah dengan apa yang kamu tulis
Barangsiapa menuliskan kebaikan dan pengikutmu melakukannya, maka pahalamu berlipat ganda
Yang menuliskan keburukan dan orang lain ikut meng-amini, maka dosa yang akan kamu tuai.

Ada beberapa anak sekolahan yang menginbox saya, bertanya, gimana sih caranya bisa nulis, kok kayaknya susah banget?
Saya balik tanya, emang yang mau kamu tulis apa? cerita? puisi? opini? essai?
Semuanya memang punya tingkat kesulitan tersendiri. Tapi tahu nggak sih kalo menulis itu semudah kamu nggosip? hehehe

Nggosip bisa tentang apa aja kan? Nggosipin tetangga, teman, nggosipin pacar dan mantan pacar, nggosipin pak bos hehehe....nggosipin pejabat korup, aww..ini nih yang seru. Trus saat nggosip sama teman, pasti kamu punya opini dong, punya komentar dong..nah itu tuh yang bisa kamu tulis. Kalo gak hobi nggosip, mungkin kamu suka nonton film dengan genre tertentu terus chattingan ama teman "eh aku barusan liat film ini nih, seru"..blablabla..akhirnya jadi chatting yang seru kan? Nah ini yang bisa kamu jadikan bahan tulisan.

Di era kebebasan berkomunikasi seperti sekarang, kamu beroleh kebebasan menulis dan berekspresi, namun tetap aja harus punya etika. Sebisanya jangan mengumbar permasalahan pribadi di social media seperti facebook atau twitter. Jangan juga menjelek2xkan orang lain di facebook apalagi sampe sebut merk..eh nama orangnya ( pake inisial atau julukan aja ).
 Kalo memang pengen mengungkapkan permasalahan dengan seorang kawan,  jadikan sebuah cerita fiksi ( fiktif ) dengan menyamarkan nama dan tempat.  Saya juga pernah menulis cerpen yang saya buat dari kisah nyata hubungan pertemanan saya dengan seseorang hehehhe...

Tulisan-tulisan saya di blog juga berasal dari hal-hal yang sederhana yang terjadi di sekitar saya. Walau untuk beberapa genre tulisan, saya harus didukung oleh data dan fakta. Dan saya separuh nggak peduli orang lain suka tulisan saya atau tidak. Karena buat saya menulis itu kebutuhan jiwa, sama kayak kalo kita laper butuh makan, haus butuh minum, dan kalo narsis butuh facebook hahaha. Dan kalau kesakauan saya menulis tidak dituruti, bisa berabe hehehhe...

Jadi teman-teman...menulislah apa yang kamu ingin kamu tulis, karena dengan menulis, kamu bisa menjadi diri sendiri.
Menulis juga nggak harus menang kompetisi atau diterbitkan jadi buku. Yang penting bisa bikin seneng. Kalo mau dibaca orang lain, pilih saja medianya sesuka kamu. Kalo mau menang kompetisi, pinter-pinter pilih temanya dan rajin berlatih menulis. 
Dan menulis adalah menggosip yang asyik hihihi....

PS: ternyata orang Indonesia itu suka nulis lho...status di facebook heheheh...

Salam.

( Menunggu ) Jadi Penulis

Menulis catatan kecil ini sambil menunggu cucian mencuci dirinya sendiri ( dengan mesin cuci )hehehe...menulisnya pun pakai facebook notes via Nokia jadul saya. Beberapa waktu yang lalu sejak saya bergabung di sebuah forum sastra, seseorang sering menginbox saya karya tulisannya, entah itu puisi, essai, opini atau cerpen. Waktu saya bilang saya tidak punya banyak waktu untuk membacanya atau menelaahnya dia cuma bilang, "nitip tulisan ya mbak, karena aku ndak punya laptop di tmp kos, aku cuma bisa nulis di kertas pembungkus nasi goreng atau di facebook, tapi kalo di facebook aku susah nyarinya lagi. Kalo lagi tajir aku ke warnet". Lagi tajir? Sewa warnet yang sejam cuma 4000 perak itu dilakoni hanya ketika lagi tajir? Siapakah dia? Dengan tulisan berbobot seperti yang dia buat saya pikir dia mahasiswa universitas mana gitu, ternyata dia cuma tukang bengkel dan tambal ban di daerah Bekasi, waktu SMP dia sempat kerja jaga toko buku dan krn pemiliknya mengijinkan dia membaca, maka wawasannya lumayan luas. Gubrakkss...rasanya saya kayak jatuh dari puncak gedung. Seorang yang hampir tidak punya fasilitas menulis seperti laptop, hp android, bahkan cukup uang untuk ngetik di warnet tetap punya semangat untuk menulis. Tetap punya semangat untuk belajar. Terus terang saya salut dengan orang2x seperti ini, yang tak pernah menunggu segalanya sempurna untuk memulai. Kalo menunggu punya hp canggih atau laptop, barangkali dia akan lamaaa sekali jadi penulis, berapa sih gaji tukang bengkel dan tambal ban sehari, sebulan? Untuk makan, bayar kos dan beli pulsa udah pas2xan. Kadang2x saya becandain dia, kalo lagi gak beli nasi goreng atau martabak yang ada kertas pembungkus warna coklat untuk menulis, pasti dinding kamar kos kamu sudah full tulisan. Dia cuma tertawa. Saya juga ingat waktu dulu ndak punya laptop, saya nulisnya di buku harian, bahkan hingga kini kalo lagi kumat sakau nulis di kantor tapi lagi banyak kerjaan, saya bikin outline atau garis besar ide saya di agenda kerja atau kertas kerja saya ( campur aduk sama instruksi pak bos hehehe ). Nanti setelah tiba di rumah atau jam istirahat, outline tersebut saya tuangkan lewat tulisan yang utuh. Jadi penulis itu tidak perlu menunggu, just do it. Tulis aja. 
Bila kita memang ingin menjadi penulis beneran, kita memang harus konsisten, rajin membaca dan menulis.

 Dan suatu ketika, saya menemukan tulisan si tukang bengkel ini di Kompasiana.com dan meninggalkan pesan diinbox saya "lagi di warnet nih, mbak, jadi bisa surfing dan menulis sekaligus upload tulisan". Dalam hati saya bersyukur, nih anak lagi tajir hahahaha....
Salam




Saturday, January 11, 2014

Sukses itu sederhana ( namun tetap butuh usaha )

gambar di ambil dari http://www.catseyecoaching.com/join-2014-road-success/

Apakah kamu terbiasa memaknai kesuksesan seperti  dibawah ini ?
1. Karir yang bagus.
2. Punya mobil mewah dan uang banyak?
3. Punya jabatan tinggi dan kekuasaan?
4. Bisa berlibur kemanapun yang kamu mau? Bahkan hingga ke luar negeri?
5. Bisa membeli apapun yang dimau?

Lalu ketika apa yang di deskripsikan diatas belum kamu miliki kamu dikatakan tidak sukses? Jadi galau karenanya ? Hidup sudah sekian lama kok masih segini-gini aja? Posisi tidak naik, mobil nggak punya, uang pas-pasan mepet hingga gajian berikutnya. Berlibur cuma ke tempat-tempat yang itu-itu saja. Untuk membeli barang yang agak mahal harus menabung dulu.

Teman, tahukah kamu? Bahwa bila arti kesuksesan kamu sandingkan dengan materi, kamu akan mendapati dahaga kepuasan yang tak pernah terpuaskan?
Bagai minum air laut yang asin, kamu akan senantiasa haus. Dan melupakan pencapaian-pencapaian yang telah kamu raih. Lupa mensyukuri apa yang sudah kamu miliki sekarang.

Belajarlah memaknai kesuksesan sekecil apapun yang telah kamu raih dan miliki. Mensyukuri apa yang sudah kamu miliki masih lebih logis daripada membayangkan apa yang tak bisa kamu raih. Namun bukan berarti tidak boleh memiliki impian dan keinginan.

Sukses itu tidak melulu masalah materi walau kebanyakan orang mengira demikian. Padahal pencapaian spiritual dan immaterial dapat pula di sebut sebagai kesuksesan. Saya sendiri membuat program sukses 2014 seperti di bawah ini salah satunya.




Diambil dari weareheretoinspire.com
Berasal dari program yang simple yang bisa dan mampu saya lakukan. Dan saya tak segan-segan menghadiahi diri sendiri bila mencapai kesuksesan itu. Sukses bagi saya bila saya dapat menyelesaikan tugas dan meraih target kecil yang telah saya tetapkan sendiri.

Sukses di pekerjaan mungkin berkaitan dengan gaji dan posisi. Ada benarnya juga.. Namun ada faktor eksternal yang tak bisa kita kendalikan agar kita dapat naik jabatan atau mendapat gaji besar. Kebijakan atasan dan management. Yang bisa kita lakukan adalah bekerja dengan sebaik-baiknya. Barangkali banyak pula yang merasa rugi, kenapa harus kerja capek-capek kalau cuma dibayar sekian? padahal disitulah integritas dan kredibilitas kita sering diuji. Jangan sampai kurangnya gaji ( menurut kita ) membuat kita tak bisa menjadi karyawan yang amanah, yang wajib mengerjakan tugas-tugas kita dengan sebaik-baiknya.

Saya sendiri mungkin tidak mendapat gaji sebanyak yang saya harapkan. Namun bekerja dengan sebaik-baiknya dan senantiasa tanpa henti selalu memperbaiki diri,  saya mendapat banyak hal. Saya sendiripun merasa lebih percaya diri dan lebih terorganisir. Mendapatkan kesempatan untuk dapat belajar dan belajar itu sangat luar biasa buat saya.

Seorang ibu rumah tangga biasa tanpa karir, hanya di rumah, yang berhasil mendidik anak-anaknya menjadi anak yang soleh dan solehah adalah contoh sebuah kesuksesan.

Sukses sebagai penulis yang bukunya diterbitkan mungkin belum saya raih. Namun saya sangat menghargai diri saya memiliki kesempatan dan waktu untuk menulis ditengah kesibukan sebagai ibu pekerja. Saya tak pernah berkecil hati meski belum pernah memenangkan lomba menulis, karena menulis bagi saya adalah sarana untuk berbagi dan kesuksesan yang membahagiakan buat saya adalah bila tulisan saya membuat orang lain merasa senang, terhibur, tergerak menjadi pribadi yang lebih baik dan menginspirasi. Sukses itu menjadi sangat sederhana buat saya.

Kalau kamu?