Citizen Journalism, Travelling Notes, Inspiring Stories, Beauty Tips
Monday, November 25, 2013
Sunday, November 24, 2013
Marketing is bullshit, bisnis tanpa ngiklan, bisa nggak sih?
Sekilas,
mungkin anda akan beranggapan demikian hehehe…bisnis tanpa iklan pasti bisa. Padahal
bagi para penjual dan pebisnis, iklan dan strategi pemasaran pasti telah masuk
poin penting untuk mendongkrak omzet. Berbagai cara untuk menjaring lebih
banyak pembeli dilakukan, salah satunya melalui pemasangan iklan, promo
pemberian diskon baik melalui potongan harga maupun melalui kartu member
eksklusif dan lain-lain. Bisnis bukan berarti tanpa iklan.
Namun iklan
dan strategi marketing apa yang efektif menjaring pembeli sekaligus minim
ongkos yang harus dilakukan? Terutama untuk industri kecil, industri
rumah tangga atau bisnis online yang anda kerjakan di sela waktu kerja?
Buku
Marketing is Bullshit karya Ippho memberikan penjelasannnya. Pemasaran itu
adalah omong kosong tanpa kreatifitas. Dan kreatifitas adalah milik otak kanan.
Otak kanan itu
imajinatif. Produk bisa sama dengan dagangan orang lain, namun dengan imajinasi,
barang yang sama bisa Nampak lebih menarik dengan sedikit kreatifitas. Contoh,
pisang goreng dimana-mana sama bentuk dan bahannya, namun dengan kreatifitas,
pisang goreng yang diberi topping coklat, tiramisu, keju akan menjadi berbeda
dan memiliki nilai jual yang lebih tinggi.
Otak kanan itu
lebih pada interpersonal, other centric, komunikasinya berpusat pada orang lain
di sekitar kita, karena itu jadilah pendengar yang baik untuk mengetahui apa
kemamuan pelanggan.
Di buku ini,
Ippho berhasil mematahkan mitos-mitos seputar marketing dengan memberi
contoh-contoh realnya dan para juara di bisnis mereka.
Yang menarik
di salah satu poinnya, Ippho mengatakan bahwa laba bukanlah raja. Keuntungan
tanpa integritas tidak akan berarti apa-apa. Integritas yang akan member nilai tambah pada bisnis anda.
Bullshit #1
Hoki itu kebetulan.
Dalam buku ini
Ippho menolak hoki yang berasal dari keberuntungan semata, karena menurutnya
hoki itu berasal dari persiapan yang bertemu dengan kesempatan. Keduanya dapat
diciptakan.
Yang lebih
penting, hoki itu berasal dari 3 lapis komunikasi, yaitu komunikasi kepada diri
sendiri, kepada sesame dan terlebih-lebih lagi kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Karena itulah sebagai pemasar dan pebisnis anda diharapkan berhati-hati dengan
ucapan anda sendiri dan ucapan-ucapan orang-orang di sekitar anda. Menurut
Stephen Covey, ucapan akan bermuara pada nasib. Sebagai contoh, Ippho
menampilkan slogan-slogan pebisnis besar seperti Yamaha “semakin di depan” (
berhasil sebagai pemimpin motor matic di Indonesia ) dan Queen dengan lagunya “we
are the champion” yang sangat melegenda dan sering di putar pada moment
kejuaraan dunia. Temukan kata-kata positif sebagai penyemangat sekaligus doa
anda.
Bullshit#2
Terobosan adalah pemborosan
Untuk
meningkatkan omzet kita seringkali harus melakukan review cara lama dan membuat
terobosan-terobosan, mengubah cara lama menjadi cara baru yang lebih efisien
dan menghasilkan profit. Namun banyak pebisnis yang enggan melakukannya karena
menurutnya itu hanya buang-buang uang, bentuk dari pemborosan. Padahal
terobosan tidak harus berujung pada pemborosan. Terobosan bisa dilakukan dengan
menghemat dan jadi hebat, sampah jadi rupiah, pelanggan jadi pesuruh.
Ippho
memberikan ilustrasi cerita tentang mobil murah di India, dari bentuk yang
mini, mengurangi 4 rem cakram menjadi hanya 3 saja, mengurangi hal-hal yang
mungkin tidak semua pembeli membutuhkan seperti power steering, AC dan
sebagainya sehingga bisa menekan biaya komponen yang pada akhirnya menekan
harga, meledakkan omzet karena dikenal sebagai mobil murah yang terjangkau.
Bila anda baru
saja memulai bisnis jual baju atau kosmetik, anda bisa memulai menggunakan
Facebook, twitter, blog dan jejaring sosial lainnya dengan hanya memajang foto
produk dan sedikit paragraph deskripsi. Anda menghemat sewa ruang karena yang
anda butuhkan hanya akses internet, bisnis telah bisa anda jalankan darimana
saja. Maksimalkan gadget yang anda punya, gunakan social chat, whatsapp, dan
lain-lain. Semuanya gratis kan? Dengan paket data sebulan yang sekarang sudah
murah meriah, raih penjualan sebanyak-banyaknya.
Bullshit #3
Terobosan bukan keharusan
Sebenarnya
terobosan adalah sebuah keharusan, karena tanpa terobosan public akan bosan.
Terobosan dapat anda lakukan dengan berbagai cara, misalnya :
1.
Penamaan yang greget. Pernah dengar Rawon Setan? Namanya pasti bikin
penasaran padahal dimana-mana yang namanya rawon pasti sama bahan dan rasanya,
namun karena nama yang mengandung unsur horror malah membuat pecinta kuliner
mencari untuk mencicipi rasanya.
2.
Penyajian produk yang greget. Pisang goreng dengan topping coklat, keju
dan tiramisu yang menggoda? Hhmm…pasti menarik.
3.
Promosi yang greget.
4.
Eksplotasi internet
5.
Ekploitasi budaya pop.
Bullshit #4
Differensiasi sukar untuk di kreasi
Menurut Ippho,
differensiasi dapat direkatkan pada apa saja , apakah pada fenomena superior (
ter..tertinggi, terbesar, termewah dll ). Apakah pada software atau hardware (
menjual film sekaligus menjual merchandise ). Differensiasi tidaklah sukar
untuk di kreasi, yang jelas tanpa differensiasi, basi!.
Bullshit #5
Kegigihan adalah segala-galanya.
Banyak
marketer ingin mencetak omzet miliaran, tahun berganti namun mereka tetap
begitu-begitu saja. Ternyata kegigihan dan keberanian semata-mata tidak cukup,
tidak akan berubah potensi menjadi prestasi tanpa persistensi. Kegigihan
mengalahkan penolakan. Namun kegigihan saja tidak cukup, anda harus belajar
menjadi cerdik sehingga mengubah penolakan menjadi penerimaan dan jualan anda
laku. Menurut Ippho, keinginan saja
tidak cukup, harus dibarengi dengan keyakinan. Kegigihan tidak cukup, harus cerdik.
Keberanian saja tidak cukup, namun perlu nekat. Sisi laba juga menjadi bahan
pertimbangan, tidak hanya mengikuti tren.
Bullshit #6
Perlu metode untuk menghasilkan ide.
Ippho
membantah, bahwa ide bisa didapat kapan saja, semua kejadian dapat menghasilkan
ide. Entah itu di saat anda kepepet, waktu santai, ketika anda mengalami
krisis, di perantauan dan ketika usia masih muda.
Bullshit #7
Segala sesuatu serba terbatas.
Orang yang
kreatif adalah orang tanpa batas ( The Infinitive ) yang menentang gagasan
segala sesuatu serba terbatas. Seorang yang kreatif berhasil mengelola thoughts
menjadi things, sakit menjadi duit, sosial menjadi komersial. Untuk menjadi
seorang yang kreatif anda harus mengamati, mempelajari persoalan anda dengan
berbagai pendekatan yang berbeda. Bayangkanlah solusi melalui coretan-coretan,
seorang yang kreatif juga produktif atau menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Jangan
pernah takut gagal dan jangan takut membuat kesalahan demi memetik hasil yang
diinginkan.
Bullshit #8
Laba adalah raja.
Hindari
mengejar laba dengan mengesampingkan integritas anda. Saat menjalankan bisnis
anda, bangun kepercayaan pelanggan kepada anda, berikan yang terbaik, anda
tidak hanya akan mendapatkan laba, namun juga kepercayaan. Tunjukkan sikap diri
yang baik dan tetap rendah hati. Bangunlah jaringan dan hubungan yang baik.
Saturday, November 16, 2013
SEMANGATMU INSPIRASI KAMI, Mbak Nur Fadilah….
Sore itu saya berkunjung ke rumah mbak Nur
Fadilah, ketika akhirnya saya menemukan kediamannya di kawasan Putat
Tanggulangin dan bertemu dengannya, saya sempat terkesima. Saya sempat berpikir
saya akan menemukan sosok yang lemah, gundul akibat kemoterapi dan beragam
gambaran negatif tentang orang yang mengidap kanker, bahkan saya mungkin akan
mewawancarai dia di tempat tidur, mengingat kondisinya .
Namun yang saya temukan adalah sosok yang
berbeda, meski dengan nafas tersengal, dia tetap bersemangat menemui saya,
mengajak saya masuk dan kami pun duduk di ruang tamu, berbincang-bincang santai
seperti layaknya ngobrol dengan orang yang sehat. Senang rasanya berada di
rumah yang tertata rapi dan bersih, bertemu dengan ketiga putranya yang sehat
dan ceria. Suami saat itu sedang bekerja sehingga tidak dapat saya temui.
Nur Fadilah adalah salah satu karyawan Ecco
yang telah bekerja dengan posisi sebagai Instruktur sejak tahun 1991, 23 tahun
lalu. Dia adalah salah seorang karyawan yang sangat baik dan berdedikasi dalam
menjalankan pekerjaannya. Namun, kanker payudara yang diidapnya terpaksa
membuatnya harus mengakhiri karirnya sebagai seorang Instruktur.
Awalnya Nur Fadilah sangat terpukul dan
tidak percaya bahwa dirinya mengidap kanker. Bahkan menurut dia, sempat selama
3 hari sejak divonis dokter bahwa benjolan tersebut adalah kanker ganas, Nur
Fadilah nyaris tidak mau makan dan minum, tidak mau berbicara dengan siapapun
bahkan dengan anak dan suami, sedih dan sangat terpukul. Namun akhirnya dia
bisa menerima keadaannya dan setuju menjalani operasi untuk mengangkat kanker
tersebut.
Sewaktu saya tanya, apa yang membuat dia
begitu yakin dan kuat menghadapi semua cobaan ini? Dia menjawab sambil
tersenyum,”Anak-anak dan suami yang sangat mencintai saya yang membuat saya
kuat untuk menjalani semua ini”.
Betapa bersyukurnya Nur Fadilah memiliki
anak-anak yang sangat mengerti kondisi sakitnya dan support suami yang rela
meluangkan waktu diantara kesibukannya bekerja untuk merawat istri tercinta
sekaligus memberikan dorongan dan semangat untuk sembuh seperti sediakala. Dia
sangat bangga, memiliki suami yang mau menerima kondisinya apa adanya.
Nur Fadilah sendiri mengatakan bahwa dia
sama sekali tidak mau di kemoterapi, hanya mengkonsumsi obat herbal keladi
tikus untuk membunuh sisa-sisa kanker yang masih ada dalam tubuhnya.
Katanya,” Kedua kakak saya meninggal karena
kanker dan mereka menjalani kemoterapi, jadi buat apa saya harus kemoterapi?”.
Ketika ditanya apakah Nur Fadilah masih
ingin bekerja ketika kondisinya telah sehat seperti sediakala ? jawabnya dengan
penuh semangat `Otak saya masih bisa untuk berpikir dan bekerja, dan saya masih
sangat ingin bekerja di Ecco, 23 tahun mengabdi di sana rasanya belum cukup,
saya masih ingin bermanfaat disana. Namun apa daya kondisi fisik dan tenaga
saya yang tidak memungkinkan. Saya menjadi gampang lelah dan sesak nafas bila
berjalan agak jauh atau melakukan aktifitas yang agak berat.
23 tahun bekerja di Ecco membuatnya rindu
untuk kembali bekerja, bersama-sama teman-teman yang sudah dianggapnya seperti
keluarga sendiri dan dia bangga menjadi bagian dari Keluarga Besar Ecco.
Nur Fadilah sangat bersyukur dan berterima
kasih memiliki teman-teman kerja yang sangat mendukung dan memberinya semangat.
Dia teringat hari menjelang operasi teman-temannya menelepon memberikan doa dan
semangat. Teman-teman pun silih berganti datang menjenguknya atau sekedar
menelepon menanyakan kabar.
Saya terharu dengan semangatnya, dengan
kerinduannya untuk kembali bekerja, dan keyakinannya untuk sembuh yang sangat
besar.
“Saya yakin, dengan seijin Tuhan, mbak akan
sembuh dan bisa kembali lagi bekerja”, kata saya saat itu.
Nur Fadilah juga menyampaikan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Management PT. ECCO Indonesia yang telah
memberikan dukungan baik moril maupun materiil hingga dia dapat menjalani
operasi dan pengobatan. Sekaligus memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila
selama bekerja di Ecco Nur Fadilah selaku indvidu dan instruktur melakukan
banyak kesalahan baik yang disengaja maupun tidak.
“Semangatmu inspirasi kami, mbak Nur”, kata
saya sore itu, mengakhiri pertemuan. Kamipun saling berpelukan. Tidak ada kata
yang dapat saya sampaikan untuk membesarkan hatinya, bahkan saya harus mengakui
bahwa saya telah belajar darinya tentang semangat, tentang loyalitas bekerja
dan tentang daya survive yang tinggi dari seorang pengidap kanker seperti mbak
Nur Fadilah. Semangat yang tidak akan pernah mati demi memberikan yang terbaik
untuk Ecco Indonesia.
Tetap semangat mbak Nur Fadilah, kami
menantimu kembali memberikan sumbangsih demi kesuksesan PT. Ecco Indonesia di
masa yang akan datang.
PS : Beliau telah meninggal dunia pada tanggal 14 September 2013, 2 bulan setelah saya wawancarai. Semoga semua amalan beliau di terima di sisi Allah SWT dan keluarga yang ditinggalkan mendapatkan ketabahan dan kesabaran.
Friday, November 8, 2013
Jadi Blogger atau Kompasioner? - Resensi Buku `Kompasiana Etalase Warga`
![]() |
buku Kompasiana Etalase Warga ole Pepih Nugraha/amazon.com |
Sejak blog lama www.shenawangtri.blogspot.com saya percayakan kepada seorang teman untuk di kelola menjadi sebuah toko online, saya memutuskan untuk membuat blog baru, memenuhi hobi menulis saya tanpa disibukkan dengan aktifitas jual beli barang berprofit.
Saya menulis di blog ini karena butuh ruang untuk menuliskan catatan perjalanan, curahan hati dan tempat menuangkan pikiran dan gagasan tanpa menuai komentar nyinyir dan kepo teman facebook yang selalu ingin tahu kehidupan pribadi dan pekerjaan saya padahal apa yang saya tulis belum tentu tentang saya. Beberapa puisi dan cerpen sering saya tulis, justru dari kisah teman yang curhat atau malah fiktif hasil olah imajinasi.
Awalnya saya ragu, media apa yang akan saya gunakan untuk menulis. Apakah facebook, twitter, blog atau situs portal berita seperti kompasiana.com dan blogdetik.com. Masing-masing media tersebut tentu memiliki kekurangan dan lelebihan.
Saya menulis di blog ini karena butuh ruang untuk menuliskan catatan perjalanan, curahan hati dan tempat menuangkan pikiran dan gagasan tanpa menuai komentar nyinyir dan kepo teman facebook yang selalu ingin tahu kehidupan pribadi dan pekerjaan saya padahal apa yang saya tulis belum tentu tentang saya. Beberapa puisi dan cerpen sering saya tulis, justru dari kisah teman yang curhat atau malah fiktif hasil olah imajinasi.
Selain ingin menuangkan pemikiran, cerita dan gagasan, saya ingin menambah teman online yang juga punya hobi sama seperti saya, suka menulis.
Alangkah menyenangkannya bila apa yang saya tulis bisa memancing komentar dan dari komentar-komentar itu saya bisa belajar banyak hal, baik melalui pujian atau kritikan pembaca.
Alangkah menyenangkannya bila apa yang saya tulis bisa memancing komentar dan dari komentar-komentar itu saya bisa belajar banyak hal, baik melalui pujian atau kritikan pembaca.
Saya merasa seperti berada di persimpangan jalan, apakah saya harus meninggalkan blog dan menulis hanya di Kompasiana dan Facebook ?
Menurut mas Pepih dalam bukunya `Kompasiana, Etalase Warga`, facebook menawarkan interactivity memukau. Facebooker bisa berinteraksi dengan kawan lama, atau kenalan baru. Ada komunikasi satu arah ( kalau postingan anda tidak mendapat komentar ), 2 arah bahkan banyak ketika tulisan anda mendapat komentar dan anda menjawabnya.
Ada ketersambungan, kedekatan dan kesamaan pengalaman yang menjadi modal dasar berkembangnya situs pertermanan seperti facebook, twitter dan lain-lain.
Di Facebook, saya cukup memancing reaksi teman dengan postingan lagu dari Youtube, kutipan dari motivator atau penulis favorit, atau status seperti kegiatan sehari-hari, opini tentang sesuatu hal dengan kalimat yang tidak terlalu panjang, atau keluhan tentang macet di jalan, hawa panas dan lain-lain.
Namun berbeda dengan menjadi Kompasioner ( istilah untuk anda yang menjadi member blog Kompasiana ). Anda akan kelihatan keren karena mempostingkan gagasan, pemikiran, opini, reportase perjalanan anda atau karya fiksi bikinan sendiri. Tampilannya pun seperti portal berita yang bonafide dan para Kompasioner kebanyakan adalah orang-orang yang punya kegemaran membaca dan menulis. Di www.kompasiana.com/reborn-shenawangtri saya bisa belajar banyak hal sekaligus menjalin pertemanan dengan mereka.
Apalagi bila kalau sudah masuk ke index headline. Kayaknya bangga banget ya hehehhe...Pernah sekali, tulisan saya menjadi index headline disana.
http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2013/10/31/cerdas-berpolitik-atau-cerdas-meningkatkan-kemampuan-dan-kompetensi--606525.html
Namun menulis di Kompasiana tidak sebebas ketika saya menulis di blog sendiri. Tulisan yang melanggar SARA, mengundang kegaduhan di ruang interaktif, dan melecehkan akan dihapus oleh admin bahkan dalam kasus tertentu akun penulis akan hapus pula.
Adapula aturan dari admin yang harus dipatuhi. Diantaranya, tidak diperbolehkan untuk posting banyak artikel dalam waktu yang bersamaan,harus ada jeda waktu minimal satu jam. Jeda tersebut dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada postingan dari penulis lain mejeng di situs ini.
Karena itulah saya memutuskan untuk tetap menulis di blog pribadi dan mengupload tulisan tertentu saja yang layak tayang di portal berita kompasiana.com.
Di buku setebal 263 halaman ini, kita diajak untuk flashback mengetahui sejarah dibuatnya Kompasiana.com, nama yang identik dengan nama sebuah koran terkenal di negeri ini, KOMPAS. Apakah hubungannya dengan koran Kompas dan bagaimana Kompasiana.com bersinergi dengan Kompas dan Kompasiana edisi print.
Berbagai pertanyaan saya tentang media apa yang cocok untuk mengekspresikan kebebasan saya menulis telah terjawab dengan membaca buku ini. Di sana dipaparkan dengan jelas keistimewaan masing-masing media seperti situs portal berita, blog, situs pertemanan seperti facebook dan twitter.
Pepih Nugraha adalah seorang wartawan Kompas dan bergabung dengan Kompas Gramedia sejak tahun 1990. Sejak tahun 2005 mendalami social media dan membuat personal blog di tahun 2006. Kompasiana.com diciptakannya sebagai social blog dengan mempraktikkan citizen journalism. Selain sebagai seorang jurnalis, mas Pepih, demikian lebih akrab laki-laki ini dipanggil, juga menulis banyak buku. Seperti Periodisasi Perpustakaan, Intelijen Bertawaf dan pentalogi ( 5 buku ) Pak Beye dan Istananya.
Kompasiana, Etalase Warga Biasa, Sebuah buku yang menarik untuk anda baca, terutama anda yang gemar menulis sekaligus narsis hehehe.....
Ada ketersambungan, kedekatan dan kesamaan pengalaman yang menjadi modal dasar berkembangnya situs pertermanan seperti facebook, twitter dan lain-lain.
Di Facebook, saya cukup memancing reaksi teman dengan postingan lagu dari Youtube, kutipan dari motivator atau penulis favorit, atau status seperti kegiatan sehari-hari, opini tentang sesuatu hal dengan kalimat yang tidak terlalu panjang, atau keluhan tentang macet di jalan, hawa panas dan lain-lain.
Namun berbeda dengan menjadi Kompasioner ( istilah untuk anda yang menjadi member blog Kompasiana ). Anda akan kelihatan keren karena mempostingkan gagasan, pemikiran, opini, reportase perjalanan anda atau karya fiksi bikinan sendiri. Tampilannya pun seperti portal berita yang bonafide dan para Kompasioner kebanyakan adalah orang-orang yang punya kegemaran membaca dan menulis. Di www.kompasiana.com/reborn-shenawangtri saya bisa belajar banyak hal sekaligus menjalin pertemanan dengan mereka.
Apalagi bila kalau sudah masuk ke index headline. Kayaknya bangga banget ya hehehhe...Pernah sekali, tulisan saya menjadi index headline disana.
http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2013/10/31/cerdas-berpolitik-atau-cerdas-meningkatkan-kemampuan-dan-kompetensi--606525.html
Namun menulis di Kompasiana tidak sebebas ketika saya menulis di blog sendiri. Tulisan yang melanggar SARA, mengundang kegaduhan di ruang interaktif, dan melecehkan akan dihapus oleh admin bahkan dalam kasus tertentu akun penulis akan hapus pula.
Adapula aturan dari admin yang harus dipatuhi. Diantaranya, tidak diperbolehkan untuk posting banyak artikel dalam waktu yang bersamaan,harus ada jeda waktu minimal satu jam. Jeda tersebut dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada postingan dari penulis lain mejeng di situs ini.
Karena itulah saya memutuskan untuk tetap menulis di blog pribadi dan mengupload tulisan tertentu saja yang layak tayang di portal berita kompasiana.com.
Di buku setebal 263 halaman ini, kita diajak untuk flashback mengetahui sejarah dibuatnya Kompasiana.com, nama yang identik dengan nama sebuah koran terkenal di negeri ini, KOMPAS. Apakah hubungannya dengan koran Kompas dan bagaimana Kompasiana.com bersinergi dengan Kompas dan Kompasiana edisi print.
Berbagai pertanyaan saya tentang media apa yang cocok untuk mengekspresikan kebebasan saya menulis telah terjawab dengan membaca buku ini. Di sana dipaparkan dengan jelas keistimewaan masing-masing media seperti situs portal berita, blog, situs pertemanan seperti facebook dan twitter.
Pepih Nugraha adalah seorang wartawan Kompas dan bergabung dengan Kompas Gramedia sejak tahun 1990. Sejak tahun 2005 mendalami social media dan membuat personal blog di tahun 2006. Kompasiana.com diciptakannya sebagai social blog dengan mempraktikkan citizen journalism. Selain sebagai seorang jurnalis, mas Pepih, demikian lebih akrab laki-laki ini dipanggil, juga menulis banyak buku. Seperti Periodisasi Perpustakaan, Intelijen Bertawaf dan pentalogi ( 5 buku ) Pak Beye dan Istananya.
Kompasiana, Etalase Warga Biasa, Sebuah buku yang menarik untuk anda baca, terutama anda yang gemar menulis sekaligus narsis hehehe.....
Subscribe to:
Posts (Atom)