Sore itu saya berkunjung ke rumah mbak Nur
Fadilah, ketika akhirnya saya menemukan kediamannya di kawasan Putat
Tanggulangin dan bertemu dengannya, saya sempat terkesima. Saya sempat berpikir
saya akan menemukan sosok yang lemah, gundul akibat kemoterapi dan beragam
gambaran negatif tentang orang yang mengidap kanker, bahkan saya mungkin akan
mewawancarai dia di tempat tidur, mengingat kondisinya .
Namun yang saya temukan adalah sosok yang
berbeda, meski dengan nafas tersengal, dia tetap bersemangat menemui saya,
mengajak saya masuk dan kami pun duduk di ruang tamu, berbincang-bincang santai
seperti layaknya ngobrol dengan orang yang sehat. Senang rasanya berada di
rumah yang tertata rapi dan bersih, bertemu dengan ketiga putranya yang sehat
dan ceria. Suami saat itu sedang bekerja sehingga tidak dapat saya temui.
Nur Fadilah adalah salah satu karyawan Ecco
yang telah bekerja dengan posisi sebagai Instruktur sejak tahun 1991, 23 tahun
lalu. Dia adalah salah seorang karyawan yang sangat baik dan berdedikasi dalam
menjalankan pekerjaannya. Namun, kanker payudara yang diidapnya terpaksa
membuatnya harus mengakhiri karirnya sebagai seorang Instruktur.
Awalnya Nur Fadilah sangat terpukul dan
tidak percaya bahwa dirinya mengidap kanker. Bahkan menurut dia, sempat selama
3 hari sejak divonis dokter bahwa benjolan tersebut adalah kanker ganas, Nur
Fadilah nyaris tidak mau makan dan minum, tidak mau berbicara dengan siapapun
bahkan dengan anak dan suami, sedih dan sangat terpukul. Namun akhirnya dia
bisa menerima keadaannya dan setuju menjalani operasi untuk mengangkat kanker
tersebut.
Sewaktu saya tanya, apa yang membuat dia
begitu yakin dan kuat menghadapi semua cobaan ini? Dia menjawab sambil
tersenyum,”Anak-anak dan suami yang sangat mencintai saya yang membuat saya
kuat untuk menjalani semua ini”.
Betapa bersyukurnya Nur Fadilah memiliki
anak-anak yang sangat mengerti kondisi sakitnya dan support suami yang rela
meluangkan waktu diantara kesibukannya bekerja untuk merawat istri tercinta
sekaligus memberikan dorongan dan semangat untuk sembuh seperti sediakala. Dia
sangat bangga, memiliki suami yang mau menerima kondisinya apa adanya.
Nur Fadilah sendiri mengatakan bahwa dia
sama sekali tidak mau di kemoterapi, hanya mengkonsumsi obat herbal keladi
tikus untuk membunuh sisa-sisa kanker yang masih ada dalam tubuhnya.
Katanya,” Kedua kakak saya meninggal karena
kanker dan mereka menjalani kemoterapi, jadi buat apa saya harus kemoterapi?”.
Ketika ditanya apakah Nur Fadilah masih
ingin bekerja ketika kondisinya telah sehat seperti sediakala ? jawabnya dengan
penuh semangat `Otak saya masih bisa untuk berpikir dan bekerja, dan saya masih
sangat ingin bekerja di Ecco, 23 tahun mengabdi di sana rasanya belum cukup,
saya masih ingin bermanfaat disana. Namun apa daya kondisi fisik dan tenaga
saya yang tidak memungkinkan. Saya menjadi gampang lelah dan sesak nafas bila
berjalan agak jauh atau melakukan aktifitas yang agak berat.
23 tahun bekerja di Ecco membuatnya rindu
untuk kembali bekerja, bersama-sama teman-teman yang sudah dianggapnya seperti
keluarga sendiri dan dia bangga menjadi bagian dari Keluarga Besar Ecco.
Nur Fadilah sangat bersyukur dan berterima
kasih memiliki teman-teman kerja yang sangat mendukung dan memberinya semangat.
Dia teringat hari menjelang operasi teman-temannya menelepon memberikan doa dan
semangat. Teman-teman pun silih berganti datang menjenguknya atau sekedar
menelepon menanyakan kabar.
Saya terharu dengan semangatnya, dengan
kerinduannya untuk kembali bekerja, dan keyakinannya untuk sembuh yang sangat
besar.
“Saya yakin, dengan seijin Tuhan, mbak akan
sembuh dan bisa kembali lagi bekerja”, kata saya saat itu.
Nur Fadilah juga menyampaikan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Management PT. ECCO Indonesia yang telah
memberikan dukungan baik moril maupun materiil hingga dia dapat menjalani
operasi dan pengobatan. Sekaligus memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila
selama bekerja di Ecco Nur Fadilah selaku indvidu dan instruktur melakukan
banyak kesalahan baik yang disengaja maupun tidak.
“Semangatmu inspirasi kami, mbak Nur”, kata
saya sore itu, mengakhiri pertemuan. Kamipun saling berpelukan. Tidak ada kata
yang dapat saya sampaikan untuk membesarkan hatinya, bahkan saya harus mengakui
bahwa saya telah belajar darinya tentang semangat, tentang loyalitas bekerja
dan tentang daya survive yang tinggi dari seorang pengidap kanker seperti mbak
Nur Fadilah. Semangat yang tidak akan pernah mati demi memberikan yang terbaik
untuk Ecco Indonesia.
Tetap semangat mbak Nur Fadilah, kami
menantimu kembali memberikan sumbangsih demi kesuksesan PT. Ecco Indonesia di
masa yang akan datang.
PS : Beliau telah meninggal dunia pada tanggal 14 September 2013, 2 bulan setelah saya wawancarai. Semoga semua amalan beliau di terima di sisi Allah SWT dan keluarga yang ditinggalkan mendapatkan ketabahan dan kesabaran.
No comments:
Post a Comment