Menulis
catatan kecil ini sambil menunggu cucian mencuci dirinya sendiri ( dengan mesin
cuci )hehehe...menulisnya pun pakai facebook notes via Nokia jadul saya.
Beberapa waktu yang lalu sejak saya bergabung di sebuah forum sastra, seseorang
sering menginbox saya karya tulisannya, entah itu puisi, essai, opini atau
cerpen. Waktu saya bilang saya tidak punya banyak waktu untuk membacanya atau
menelaahnya dia cuma bilang, "nitip tulisan ya mbak, karena aku ndak punya
laptop di tmp kos, aku cuma bisa nulis di kertas pembungkus nasi goreng atau di
facebook, tapi kalo di facebook aku susah nyarinya lagi. Kalo lagi tajir aku ke
warnet". Lagi tajir? Sewa warnet yang sejam cuma 4000 perak itu dilakoni
hanya ketika lagi tajir? Siapakah dia? Dengan tulisan berbobot seperti yang dia
buat saya pikir dia mahasiswa universitas mana gitu, ternyata dia cuma tukang
bengkel dan tambal ban di daerah Bekasi, waktu SMP dia sempat kerja jaga toko
buku dan krn pemiliknya mengijinkan dia membaca, maka wawasannya lumayan luas.
Gubrakkss...rasanya saya kayak jatuh dari puncak gedung. Seorang yang hampir
tidak punya fasilitas menulis seperti laptop, hp android, bahkan cukup uang
untuk ngetik di warnet tetap punya semangat untuk menulis. Tetap punya semangat
untuk belajar. Terus terang saya salut dengan orang2x seperti ini, yang tak
pernah menunggu segalanya sempurna untuk memulai. Kalo menunggu punya hp
canggih atau laptop, barangkali dia akan lamaaa sekali jadi penulis, berapa sih
gaji tukang bengkel dan tambal ban sehari, sebulan? Untuk makan, bayar kos dan
beli pulsa udah pas2xan. Kadang2x saya becandain dia, kalo lagi gak beli nasi
goreng atau martabak yang ada kertas pembungkus warna coklat untuk menulis,
pasti dinding kamar kos kamu sudah full tulisan. Dia cuma tertawa. Saya juga ingat
waktu dulu ndak punya laptop, saya nulisnya di buku harian, bahkan hingga kini
kalo lagi kumat sakau nulis di kantor tapi lagi banyak kerjaan, saya bikin
outline atau garis besar ide saya di agenda kerja atau kertas kerja saya (
campur aduk sama instruksi pak bos hehehe ). Nanti setelah tiba di rumah atau
jam istirahat, outline tersebut saya tuangkan lewat tulisan yang utuh. Jadi
penulis itu tidak perlu menunggu, just do it. Tulis aja.
Bila kita memang ingin menjadi penulis beneran, kita
memang harus konsisten, rajin membaca dan menulis.
Dan suatu
ketika, saya menemukan tulisan si tukang bengkel ini di Kompasiana.com dan
meninggalkan pesan diinbox saya "lagi di warnet nih, mbak, jadi bisa
surfing dan menulis sekaligus upload tulisan". Dalam hati saya bersyukur,
nih anak lagi tajir hahahaha....
Salam
No comments:
Post a Comment