“Jangan pernah menulis hanya semata-mata karena ingin mendapatkan uang, menulislah dengan hati, tulus dan jujur. Uang hanyalah bonus dari menulis"
Motivasi
orang untuk menjadi penulis bermacam-macam, tak hanya sekedar hobi atau terapi
jiwa karena ternyata menurut penelitian, menulis dapat meredakan ketegangan dan
stress namun motivasi terbesar kebanyakan karena ingin mendapatkan uang atau
ketenaran.
Penulis
pemula sering membayangkan foto diri dan sedikit riwayat hidup atau kepenulisannya
di halaman belakang buku karyanya, lalu bukunya diterbitkan dan menjadi best
seller. Maka terbayanglah passive income secara teratur diterimanya dalam
bentuk royalty, hasil penjualan yang di transfer ke rekeningnya. Dikenal banyak
orang, punya banyak follower dan teman, membuat presscon dan sederetan
kemegahan lainnya.
Impian
itu tidak salah. Sekarang beberapa penulis terkenal sudah dianggap setengah
selebritis, terkenal dan nampaknya bisa hidup nyaman dari hasil menulis. Lihat
saja Dee, Raditya, Andrea Hirata, Ayu Utami, Tere Liye dan yang terakhir,
Jonru.
Menurut informasi yang pernah saya
baca, royalty biasanya dibayar per 3 bulanan, 4 bulanan atau 6 bulanan atau
malah ada yang per tahun yang katanya baru terasa bila buku telah terjual
sekitar 2000 ekslempar.Selanjutnya, walau buku telah terjual namun hasil
penjualan buku tersebut dari toko buku dan distributor lainnya belum sepenuhnya
masuk ke kas penerbit. Karena itu bisa jadi royalty yang terbayar baru separuh
atau seperempat dari total buku yang terjual. Apalagi royalty penulis biasanya
hanya 10% dari harga buku.
Bikin lemes? Nggak semangat nulis
lagi? Pasti dalam hati bilang “Kalau begitu menulis tidak bisa menjadi sumber
penghasilan tambahan, ya kapan nambahnya?”.
Padahal kawan, tahukah kamu? Berbicara
tentang royalty memang cukup rumit, hal ini diakibatkan oleh harga kebutuhan
masyarakat yang makin meningkat, makin mahalnya harga kertas sehingga penerbit
harus berhati-hati untuk menerbitkan satu buku. Buku yang harganya terlalu
mahal mungkin tidak akan dilirik pembaca kecuali bila memang benar-benar bagus
dan masuk kategori best seller. Menjual harga buku terlalu murah bisa membuat
penerbit merugi karena harus menutup ongkos cetak dan harga kertas. Rasanya
sebagai penulis tak rela bila hasil pemikiran, perjalanan dan menulis yang
rumit hanya dihargai sangat rendah.
"jangan pernah berhenti menulis"
Walaupun demikian, jangan pernah
berhenti menulis, karena kita tidak akan pernah tahu tulisan mana yang akan
menghasilkan uang, naskah mana yang akan diterima penerbit dan buku kita yang
mana yang kemudian menjadi best seller suatu hari nanti.
Menghasilkan uang dari menulis tidak hanya dari royalti buku yang kita tulis. Kita dapat mengikuti berbagai lomba menulis walau hadiahnya hanya
pulsa atau voucher buku, pada event yang lebih besar hadiah dapat berubah uang atau gadget terbaru. Atau menulis di berbagai website dengan bayaran
tertentu per artikel yang kamu tulis atau posting.
Jadilah penulis yang sekaligus enterprenuer, pandai mencari peluang siapa saja yang membutuhkan tulisan.
Jangan remehkan blog pribadi, karena blog pribadimu adalah personal branding. Banyak penerbit yang kemudian memutuskan memilih naskahmu atau beberapa website menawarimu menulis setelah membaca isi blogmu, merasa cocok dengan gaya bahasa dan konten yang kamu tulis.
Jadi.....keep on writing
Senang baca tulisan ini, Mbak
ReplyDeleteJadi tambah semangat :-)
Terima kasih sudah mampir, mbak Dwi :-)
ReplyDeletewahh kerenn .... aku jadi semangat lagi menulis.. setelah beberapa bulan vakum hahaha .. sip dehhh makasihhh
ReplyDeleteterima kasih mas sutoro naruto sudah mampir dan membaca blog saya..keep on writing yaaa..
Delete