Setiap kali buang sampah, kita pasti sudah
tahu bahwa sampah basah ( sisa makanan ) tidak boleh dicampur dengan sampah
kering ( botol plastik, kertas dll ). tapi Jepang lebih detail lagi. Kali ini
yang saya ulas, peraturan buang sampah di asrama Takasago ( Takasago Student
House ), Higashi Murayamashi Hagiyama tempat saya menginap. dan menurut
beberapa teman Indonesia yang sudah lama tinggal disini, peraturan ini emang
udah lama ada dan mereka bersungguh-sungguh mematuhi, sebab bila tidak, mereka
akan dapet teguran dari oyaasan atau ibu kos/pemilik asrama/apartemen.
Coba anda lihat gambar di bawah ini, mereka
meminta kita memisahkan sampah plastik yang dapat di daur ulang seperti botol
minuman dll. Bingung gimana kita tahu plastik yang ini bisa di daur ulang atau
tidak? Perhatikan tanda lingkaran panah di pojok kanan atas yang artinya `dapat
di daur ulang`
Lalu berikutnya adalah barang bekas yang
susah dibakar ( NON COMBUSTIBLE ), jenis barangnya bisa dilihat di gambar (
daripada mikir kali ya? hehehehe ), misalnya nih payung, panci yang udah
karatan, payung rusak dan lain2x )
Lalu, sampah basah sisa makanan, pembungkus
makanan yang jenis plastiknya terbuat dari bahan yang mudah hancur, bisa
dibakar atau dapat terurai.Termasuk juga bekas lap atau baju yang sudah tidak
layak pakai.
Ketiga gambar peraturan di atas di tempel
di tembok dapur, kebetulan di Takasago, tiap lantai ada dapur yang dipakai
bersama, kebetulan saya tinggal di lantasi 1, disana terdapat beberapa
mahasiswa asal Indonesia dan Vietnam/Kamboja. Di lantai atas ada beberapa
mahasiswa Afrika dan India, biasanya nih kalo dapur di atas lagi full ( kita
masaknya gantian krn dapurnya kecil ) mereka melarikan diri ke lantai satu atau
yang lain hehehe...makanya kadang2x saya ketemu orang Afrika atau India disini.
Peraturan yang kurang lebih sama juga
ditempel di tempat laundry ( sebelahan sama dapur ), di sana ada 2 mesin cuci
dan 1 pengering. Karena hafal tiap weekend adalah `hari mencuci mahasiswa`
heheheh..selama disini sebisa mungkin saya ndak barengan, saya nyucinya
seminggu 2 kali, biasanya selasa dan jum`at. Sabtu dan Minggu biasanya
mahasiswa Vietnam yang sering nyuci sendiri baju2xnya.
Tambahan lagi, ruang laundry ini jadi satu
sama wastafel tempat cuci muka dan gosok gigi, ada peraturan satu lagi yang ditempel,
tempat buang karton bekas kemasan susu cair atau jus. Tidak boleh asal buang,
harus dikosongin dulu isinya gak boleh ada sisa dan harus dicuci, padahal asli,
selama disini gak pernah liat ada semut.
Kebetulan lagi kosong gak ada sampah nih,
kemarin ada karton bekas kemasan susu dan es krim yang ditaruh disini.
Nah berikut adalah contoh tempat sampah
yang ada di dapur dan ruang laundry, namanya mahasiswa, kadang suka iseng atau
lupa naruh atau membuang ya, makanya perlu ada ditempel lagi tuh peraturannya,
biar inget.
Tuh kaaannn..unik banget...tapi liat deh
hasilnya. Asrama ini sangat bersih dan nyaman. Coba kalo kita yang di Indonesia
mau `sedikit` kerja keras dan peduli seperti bangsa Jepang, insya allah
Indonesia bisa bersih ya..management pembuangan sampah yang efisien dimulai
dari skup terkecil yaitu rumah tangga..
Yukkk..segera kita terapkan di rumah.
Untuk membangun kesadaran itu, kelompok masyarakat seperti “chonaikai” melakukan aksi-aksi kampanye kepedulian lingkungan di berbagai lapisan masyarakat. Beberapa sukarelawan ada yang secara aktif turun ke perumahan untuk memonitor pembuangan sampah, dan berdialog dengan warga tentang cara penanganan sampah.
ReplyDeleteTidak hanya itu, tekanan sosial dari masyarakat Jepang apabila kita tidak membuang sampah pada tempat dan jenisnya. Rasa malu menjadi kunci efektivitas penanganan sampah di Jepang. Ketiga, program edukasi yang masif dan agresif dilakukan sejak dini. Anak-anak di Jepang, sejak kelas 3 SD sudah dilatih cara membuang sampah sesuai dengan jenisnya. Hal tersebut membangun kultur buang sampah yang mampu tertanam di alam bawah sadar. Membuang sampah sesuai jenis sudah menjadi “habit”.
Jasa Penulis Artikel SEO pabrik penerima limbah plastik