Saturday, December 7, 2013

Sastra, Inspirasi lewat cerita

Saya suka membaca karya sastra sejak saya masih SD, buku pertama yang saya baca adalah Keluarga Cemara karya Arswendo Atmowiloto di perpustakaan sekolah. Mungkin karena merasa cerita itu cocok dengan suasana hati seorang anak kecil yang galau, saya jadi keranjingan baca buku cerita. Tentu tidak mudah bagi seorang anak yatim piatu seperti saya menghadapi hidup, merasa minder dan tidak percaya diri, merasa ditinggalkan hanya karena tidak sama dengan teman-teman lain yang orang tuanya masih lengkap. Saya mengagumi tokoh Abah sebagai ayah yang baik, Emak sebagai ibu yang bijak dan anak-anak ; Ara Agil, dan Euis yang walau dalam kondisi serba terbatas tetap dapat menjalani masa kecil dengan optimis dan bahagia. Buku inilah yang menginpsirasi saya untuk menjadi kuat dan semangat.

Kelas 4 SD saya menemukan sebuah buku yang asyik, Atheis karya Achdiat Karta Mihardja. Buku ini mungkin terlalu berat untuk anak kecil ya? tapi nggak tau kenapa saya enjoy saja membaca ceritanya. Mungkin karena bahasanya yang sederhana dan mudah saya pahami. Buku ini bercerita tentang kegoncangan jiwa seorang pemuda yang sebelumnya sangat taat beragama namun karena keluguannya ia terpengaruh pemikiran kaum materialistis/falsafah kebendaan sehingga ia kehilangan keyakinannya kepada Tuhan dan mulai meninggalkan norma-norma agama.
Selain itu saya juga suka membaca sastra jawa ( walau pakai bahasa Indonesia hehehe ), cerita tentang Ken Arok, Pranacitra dan Roro Mendut ( Romeo and Julietnya Indonesia ), kisah raja-raja majapahit dan lain-lain.
Setiap pulang sekolah, selain buku-buku dari perpustakaan sekolah, saya juga rajin menyambangi persewaan buku dan demi semua itu saya rela menyisihkan sebagian uang jajan yang tidak banyak. Seringkali malah saya gunakan semua untuk menyewa buku atau majalah. Saya lebih memilih makan di rumah ketimbang jajan.

Menginjak usia SMP, ketika teman sebaya sibuk up to date informasi selebritis lewat majalah-majalah remaja, saya sudah membaca novel-novel Sidney Sheldon, tak ketinggalan kisah-kisah detektif Sherlock Holmes dan lain-lain.
Dan saat kuliah,karena belajar budaya Jepang, saya melahap buku-buku karya sastra Jepang yang terkenal rumit jalan ceritanya ( termasuk komiknya ), favorit saya adalah puisi tradisional jepang haiku dan waka.

Buat saya inspirasi hidup itu bisa diperoleh dari membaca cerita dan karya sastra, belajar dari pengalaman orang lain lewat tulisan-tulisannya. 
Dalam wikipedia disebutkan, sastra dalam bahasa sansekerta berarti teks yang mengandung instruksi atau pedoman, dari kata dasar *sas* yang berarti instruksi atau ajaran. Dalam bahasa Indonesia kata ini bisa digunakan untuk merujuk kepada kesusastraan atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu.

Saya mungkin tidak terlalu hafal babakan sastra, penggolongan sastra, tahun sebuah buku bagus diterbitkan ataupun teori sastra secara mendalam. Yang penting buat saya esensi dan isi dari sebuah karya, apakah dia bisa disebut menginspirasi dan menggerakan orang lain untuk berbuat sesuatu terutama menuju kebaikan atau tidak. Karya sastra yang baik buat saya tidak harus menggunakan bahasa yang rumit, menukik, makna kata diplintir-plintir agar menjadi bermakna ganda yang membingungkan pembaca awam, karena saya yakin sebuah karya ditulis agar dapat dibaca dan dipahami oleh semua orang dengan latar pendidikan yang beragam. Lebih jauh lagi, sebuah karya sastra adalah inspirasi yang dituangkan lewat cerita.

Saya mungkin hanya sekedar penikmat sastra sekaligus bisa menulis sedikit.


No comments:

Post a Comment