Wednesday, January 15, 2014

( Menunggu ) Jadi Penulis

Menulis catatan kecil ini sambil menunggu cucian mencuci dirinya sendiri ( dengan mesin cuci )hehehe...menulisnya pun pakai facebook notes via Nokia jadul saya. Beberapa waktu yang lalu sejak saya bergabung di sebuah forum sastra, seseorang sering menginbox saya karya tulisannya, entah itu puisi, essai, opini atau cerpen. Waktu saya bilang saya tidak punya banyak waktu untuk membacanya atau menelaahnya dia cuma bilang, "nitip tulisan ya mbak, karena aku ndak punya laptop di tmp kos, aku cuma bisa nulis di kertas pembungkus nasi goreng atau di facebook, tapi kalo di facebook aku susah nyarinya lagi. Kalo lagi tajir aku ke warnet". Lagi tajir? Sewa warnet yang sejam cuma 4000 perak itu dilakoni hanya ketika lagi tajir? Siapakah dia? Dengan tulisan berbobot seperti yang dia buat saya pikir dia mahasiswa universitas mana gitu, ternyata dia cuma tukang bengkel dan tambal ban di daerah Bekasi, waktu SMP dia sempat kerja jaga toko buku dan krn pemiliknya mengijinkan dia membaca, maka wawasannya lumayan luas. Gubrakkss...rasanya saya kayak jatuh dari puncak gedung. Seorang yang hampir tidak punya fasilitas menulis seperti laptop, hp android, bahkan cukup uang untuk ngetik di warnet tetap punya semangat untuk menulis. Tetap punya semangat untuk belajar. Terus terang saya salut dengan orang2x seperti ini, yang tak pernah menunggu segalanya sempurna untuk memulai. Kalo menunggu punya hp canggih atau laptop, barangkali dia akan lamaaa sekali jadi penulis, berapa sih gaji tukang bengkel dan tambal ban sehari, sebulan? Untuk makan, bayar kos dan beli pulsa udah pas2xan. Kadang2x saya becandain dia, kalo lagi gak beli nasi goreng atau martabak yang ada kertas pembungkus warna coklat untuk menulis, pasti dinding kamar kos kamu sudah full tulisan. Dia cuma tertawa. Saya juga ingat waktu dulu ndak punya laptop, saya nulisnya di buku harian, bahkan hingga kini kalo lagi kumat sakau nulis di kantor tapi lagi banyak kerjaan, saya bikin outline atau garis besar ide saya di agenda kerja atau kertas kerja saya ( campur aduk sama instruksi pak bos hehehe ). Nanti setelah tiba di rumah atau jam istirahat, outline tersebut saya tuangkan lewat tulisan yang utuh. Jadi penulis itu tidak perlu menunggu, just do it. Tulis aja. 
Bila kita memang ingin menjadi penulis beneran, kita memang harus konsisten, rajin membaca dan menulis.

 Dan suatu ketika, saya menemukan tulisan si tukang bengkel ini di Kompasiana.com dan meninggalkan pesan diinbox saya "lagi di warnet nih, mbak, jadi bisa surfing dan menulis sekaligus upload tulisan". Dalam hati saya bersyukur, nih anak lagi tajir hahahaha....
Salam




No comments:

Post a Comment