Friday, January 30, 2015

Review Buku Pendidikan Anak ala Jepang - Tradisi membaca buku di Jepang sejak dini

Buku terbitan Pena Nusantara
Sebagai muslim, tentu kita tak asing dengan kata IQRA`, yang artinya BACALAH. Namun sayangnya, tak banyak orang yang melakukannya, bahkan menganggap membaca buku adalah kegiatan yang membosankan, kalaupun ada pasti melakukannya karena terpaksa.

Dalam sebuah paragraf dalam buku ini yang saya baca, seorang pendatang dari Indonesia yang tinggal di Jepang berkata "Kita masyarakat beragama. Kita memiliki ayat dalam kitab suci yang memerintahkan kita untuk membaca. Lalu kenapa malah mereka masyarakat Jepang yang notabene tidak beragama, justru sangat gemar membaca? Seharusnya kita bisa lebih baik dari mereka.

Setelah membaca buku `Pendidikan Anak Ala Jepang` ini akhirnya membuat saya tahu, bahwa ketidaksukaan anak atau bahkan orang dewasa membaca buku salah satunya disebabkan oleh cara pengajaran yang salah sejak anak-anak. Dan mencari tahu bagaimana kegiatan membaca buku di Jepang dapat menjadi budaya yang telah dikenal sangat melegenda di seluruh dunia. Siapapun pasti tahu, orang Jepang sangat "gila" membaca. Pengalaman saya sendiri sewaktu tinggal di Jepang, saat di kereta api atau mengantri, tidak ada orang Jepang yang terlihat menganggur, kalau tidak sibuk dengan ponsel ( membalas sms, main game atau twitteran ), pasti sedang membaca buku.

Buku "Pendidikan Anak ala Jepang ditulis duet oleh Saleha Juliandi M.Si, seorang ibu empat anak dan beliau adalah mantan dosen di salah satu universitas negeri di Jakarta. Mengikuti suaminya seorang dosen di IPB yang melanjutkan belajar di Jepang membuat Saleha Juliandi bersentuhan langsung dengan budaya Jepang dalam mengasuh ke empat putra- putrinya. Penulis berikutnya adalah Juniar Putri S.Si seorang wanita lulusan Universitas Indonesia jurusan FMIPA. Sejalan dengan Saleha yang juga membawa keluarga untuk tinggal di Jepang, baik Saleha dan Juniar merasakan langsung bagaimana pola pendidikan ala Jepang diajarkan kepada putra-putri mereka selama di Jepang. Begitu banyak hal yang menarik yang membentuk karakter orang Jepang pada umumnya dan melihat banyak hal positif dalam pendidikan anak yang akan bermanfaat saat anak dewasa nanti, keduanya akhirnya memutuskan untuk menulis buku ini. Berbagi dengan ibu-ibu di Indonesia dalam mendidik putra-putrinya.

Menurut buku ini, di TK dan Tempat Penitipan Anak, ada kegiatan membacakan buku cerita kepada murid-muridnya setiap hari oleh gurunya. Dalam sehari sesuai jadwal, umumnya dilakukan 1 hingga 3 kali sehari, yakni pagi hari setelah anak-anak bermain bebas dan senam dan siang hari sesudah makan siang.. Khusus untuk anak-anak di tempat penitipan, cerita dibacakan hingga 3 kali, yang terakhir dibacakan sebelum orang tua datang menjemput mereka.

Buku Cara menggosok gigi, Koleksi pribadi


Anak-anak di TK dan Tempat Penitipan Anak memang belum dikenalkan dengan belajar membaca ( beda dengan TK di,negara kita ya? anak-anak justru diajarkan membaca dan terlihat hebat kalau sudah bisa membaca, meski dengan paksaan orang tua ). Di Jepang, untuk meningkatkan kecintaan anak terhadap buku, para guru membacakan buku cerita, bukan menyuruh mereka belajar membaca lalu membaca bukunya sendiri. Akibat salah kaprah membaca buku padahal anak belum saatnya diajari membaca, hal ini akan menyebabkan anak menilai buku sebagai obyek yang menyusahkan, tidak menarik serta membosankan. Sehingga ketika dewasa mereka akan menjadikan buku sebagai musuhnya. Pantas saja ya..bila anak-anak di Indonesia jarang ada yang suka membaca, hingga dewasa.

Buku tentang macam-macam kereta api di Jepang, Koleksi Pribadi

Dua buku di atas adalah milik anak saya, buku tentang menggosok gigi dengan ilustrasi kucing adalah pemberian oyaa-san, pemilik apartemen di Hagiyama tempat kami tinggal. Dengan cara yang menarik, buku ini menerangkan bagaimana menggosok gigi yang benar dan apa akibatnya bila tidak menggosok gigi.

Sedangkan buku tentang macam-macam kereta, khusus saya belikan buat anak saya yang sangat menyukai kereta. Buku ini adalah buku bekas yang saya beli di Book Off, sebuah toko buku bekas di Jepang dengan harga bersahabat hehehe...

Guru-guru TK dan Tempat Penitipan Anak di Jepang, tidak hanya membacakan buku. Untuk membuat ceritanya makin menarik, tak jarang digunakan media boneka sebagai pemeran cerita dalam kisah yang dibacakan. Sebagaimana Indonesia yang memiliki banyak cerita legenda, demikian pula di Jepang. Kisah si Momotaro, Putri Kaguya, Ikkyu-san si pendeta Budha cilik, Anpanman dan sebagainya selalu dibacakan agar dapat mengambil hikmah dan pelajaran yang ada dalam kisah tersebut. Kadang-kadang cerita juga diambil dari dongeng yang berasa dari negara lain seperti Cinderella, Putri Salju dan lain-lain.

Selain membacakan buku, di sekolah TK dan Tempat Penitipan Anak-anak tersebut juga dilengkapi dengan perpustakaan sekolah. Karena anak-anak belum bisa membaca, tentu buku-bukunya kebanyakan memiliki gambar-gambar yang menarik perhatian anak-anak, sedangkan kalimat-kalimat pendek yang ada dalam buku bergambar tersebut akan dibacakan oleh gurunya. Buku-buku tersebut boleh dipinjam dan dibawa pulang agar orang tua dapat membacakan buku cerita kepada anaknya di rumah. Ada reward dan apresiasi yang didapat oleh anak bila semakin banyak buku yang ia pinjam. Hal ini untuk membuat anak-anak makin bersemangat membaca dan meminjam buku.

Hikmah yang didapat dari membacakan buku cerita kepada anak-anak sebagaimana yang dijelaskan dalam buku "Pendidikan Anak Ala Jepang" ini adalah, bahwa selain anak dapat mengambil pelajaran dari isi cerita, melatih konsentrasi kepada anak agar dia mendengarkan cerita hingga selesai serta dapat memberikan motivasi kepada mereka agar mencintai buku. Tidak heran orang Jepang sangat suka membaca mulai anak-anak hingga kakek nenek pun masih ada yang suka membaca buku.

Buku-buku yang disediakan di sekolah pun bermacam-macam, terutama bila sudah di SD dan anak-anak sudah mulai bisa membaca. Mulai dari biografi orang sukses, buku tentang hobi dan kegemaran, buku tentang keunikan negara-negara di dunia ( makanya orang Jepang sangat suka travelling ke luar negeri, bahkan sejak SMA, mereka rajin menabung dan mencari pekerjaan sambilan untuk biaya jalan-jalan ), buku tentang ilmu pengetahuan dan resep masakan.

Jadi, buat para ibu galau yang anaknya masih balita usia TK dan masih belum bisa membaca, jangan terlalu dipaksa ya bundaa...sediakan saja waktu untuk membacakan mereka buku cerita bila di sekolahnya belum memungkinkan untuk menyediakan buku bacaan, perpustakaan dan tidak ada guru yang membacakan buku cerita. Tugas kita sebagai orang tua membetulkan yang salah, bila kurikulum sekolah memang belum memungkinkan seperti yang kita harapkan, setidaknya di rumah, anak-anak mendapatkan suasana yang nyaman dengan buku bacaan yang menarik pula.

Semoga bermanfaat. Untuk mendapatkan isi lengkap tentang pendidikan anak ala jepang, silahkan mendapatkan bukunya di Gramedia terdekat yaaa...( atau boleh pesen ke saya kalau rempong hehehe.. )

No comments:

Post a Comment