Sunday, August 11, 2013

Catatan Perjalanan : Candi Pari di Sidoarjo

Candi pari Di Sidoarjo

Sumber :http://pariwisata.sidoarjokab.go.id/candi_pari.php
 
Candi Pari berdiri di tengah – tengah desa Candi Pari , Kecamatan Porong (15 Km arah selatan Sidoarjo) adalah satu – satunya candi peninggalan kerajaan mojopahit yang bentuk sempurnanya berpola Candi Khamer (Birma) dan Champa (Thailand). Hingga saat ini bentuk Candi Pari yang nyeleneh dari pola umum percandian Mojopahit itu belum ditemukan. Ciri khas pola bangunan candi Mojopahit selalu langsing padabagian tubuh (tengah) dan trapezium pada bagian atap / mahkota dan selalu terbuat dari bahan batu emas. Candi Pari yang dibuat oleh penguasa Mojopahit pada tahun 1293 Saka / 1917 masehi ini berbentuk kubus , tanpa ada pembagian yang stereotip antara batur, tubuh, dan mahkota .
Satu – satunya cirri Mojopahit  hanyalah bahannya yang terbuat dari batu merah. Panjang candi pari ini 16,86 m , lebar 14,10 m, dan tinggi 13,40 m sehingga terkesan pendek dan lebar. Sementara pola umum candi Mojopahit selalu berorientasi vertikal.
Candi pari ini terdiri atas batur persegi empat, bagian barat menjorok keluar dengan undakan tangga pada sisi kanan – kiri menuju pintu masuk. Diatas pintu tertulis angka tahun pembuatan dan bagian dalam candi berupa ruang.
Atap candi yang telah runtuh berbentuk amluntah, masing - masing dihias dengan sumber  dan menara kecil. Pada atap / mahkota inilah terletak cirri unik candi pari ini sebab bentuk mahkotanya sepenuhnya memakai pola Khemer / Champa . tak ada penjelasan kenapa candi ini memakai bentuk bangunan negeri champa walaupun ada bukti bahwa 2 kerajaan  di Asia tenggara itu pernah menjalin hubungan dengan Mojopahit. Bahkan putrid  negeri itu yang telah beragama islam ada yang menjadi istri raja Mojopahit pada awal abad 15 . menurut penelitian yang dilakukan pada jaman Belanda Candi Pari merupakan candi utama dari sekian jumlah candi lain yang berada di dalam satu komplek dengan pagar tembok, gapura, dan teras.
Walaupun untuk bekas tembok yang mengurung komplek belum ditemukan tetapi laporan jaman belanda itu agaknya tidak terlalu salah sebab di sebelah selatan candi pari berdiri sebuah candi dengan pola Mojopahit murni yang disebut candi Sumur. Nama ini digunakan Karena bagian dalam candi ada sebuah sumur yang saat ini telah mengering . Candi sumur ini rusak berat tinggal separuh dinding candi yang masih berdiri . Melihat jaraknya yang berdekatan , kemungkinan besar 2 candi itu merupakan satu kesatuan yang merupakan ciri percandian di Nusantara , dimana tidak ada sebuah candi yang berdiri sendiri. Berbeda dengan temuan Belanda tentang fungsi candi pari yang disimpulkan sebagai pusat peribadatan , dalam masyarakat sekitar beredar cerita lisan ( folklore ) yang mengatakan bahwa didirikannya candi itu sebagai simbul kesuburan desa setempat  dengan produksi padi (pari) yang melimpah dan mampu menyetorkan upeti kepada raja mojopahit. Sementara candi sumur sebagai simbul pengairan yang membuat persawahan sekitarnya tak pernah mengalami kekeringan. Hasil padi sebelum dikirim ke kota Raja Mojopahit, ditempatkan terlebih dahulu di sebuah desa sekitar 1 km arah selatan candi pari. Itulah sebabnya disana ada komplek candi bernama pamotan yang dalam bahasa jawa berarti tempat pemuatan . Artinya dari tempat itulah padi – padi dimuat dengan alat angkut ke Mojopahit. Agaknya faktor yang berkembang dalam masyarakat sekitar itu tidak menyimpang jauh dari analisa Belanda yang mengatakan bahwa Pamotan adalah pusat pemerintahan kecil sebagai bahwahan raja Mojopahit. Penguasa pamotan disebut Breh Pamotan yang juga menjabat sebagai Breh di wengker bernama Wijaya rajasa . Dengan demikian pusat pemerintahan tidak berada disekitar candi pari tetapi disekitar candi pamotan yang sudah runtuh dan tinggal batunya saja. Disekitar candi ini ditemukan 2 candi lain yang diduga merupakan satu kesatuan komplek.
Dari 5 candi yang ada di kecamatan Porong itu hanya candi pari saja yang masih baik dan bentuk dasarnya utuh. Selain itu terdapat candi – candi lain  yang tersebar di Sidoarjo seperti misalnya candi dermo di Wonoayu dan Candi Tawang didesa  Buncitan Kec. Sedati. Itulah sebabnya dinas purbakala Trowulan Mojokerto mengutamakan candi pari untuk diselamatkan terlebih dahulu . Candi ini dipugar tanggal 13 September 1994 dan rampung tahun1999

 
Momoka-san di depan Candi Pari, Sidoarjo

Berikut adalah beberapa foto yang diambil dari kawasan Candi Pari walaupun dalam kondisi terkunci karena sedang libur lebaran.


Halaman muka Candi Pari

No comments:

Post a Comment