Saturday, July 20, 2013

Doa yang belum terkabulkan

Suatu ketika seorang sahabat datang kepada saya, curhat sambil nangis-nangis. Perihal masalah hidupnya. Seorang perempuan yang masih single ketika usianya sudah kepala 4, baru saja di PHK dari perusahaan yang katanya sangat mencintai dia karena bakatnya yang jarang dimiliki orang lain. Toh akhirnya dia didepak juga dan sedang dalam masalah finansial pula. Dulu dia tak pernah ambil pusing dengan masalah jodoh karena dia merasa mampu mencukupi kebutuhannya dari gajinya sendiri, sudah mampu beli rumah dan membantu biaya hidup ibu dan keluarganya. `Buat apa sih punya suami dan anak, kayaknya ribet ya`. Mungkin saking malesnya punya keluarga atau mungkin pernah hikayat disakiti pria, maka dia tidak pernah menjalin hubungan pertemanan dengan pria manapun. Kalaupun punya pasti hanya sekedar teman yang sangat biasa. Dia bercerita kepada saya bahwa dia merasa `tidak didengar Allah`. Doa-doanya yang dipanjatkan sepertinya hanya sampai pintu langit pertama alias tidak dikabulkan. Dia minta dikasih pekerjaan lagi, ndak usah yang muluk-muluk deh, asal bisa untuk makan sehari-hari secara dia tidak ada tanggungan anak. Minta didekatkan jodoh juga, karena ternyata dia sedang menyukai seorang pria namun sayangnya sang pria memilih perempuan yang lebih muda daripada teman saya ini. Saya hanya bisa membantu mencarikan pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan latar belakang pendidikan serta keahliannya, alhmadulillah tidak menunggu terlalu lama dia sudah mendapatkan pekerjaan walau dengan gaji yang sangat pas-pasan. Saya sendiri tahu teman saya ini sering berpuasa agar dapat menghemat pengeluaran.
Suatu saat lagi dia datang kepada saya lalu berkata` kenapa ya saya susah banget dapat pasangan, kalaupun sempat dekat dengan seseorang, pasti ndak `jadi` deh. Saya belum sempat berkata-kata, dia nyerocos lagi, ` padahal saya rajin ngaji, baca Al-qur`an tiap habis sholat, rajin sholat dhuha dan tahajud, sholat lima waktunya juga on time, jarang banget molor, berbakti kepada orang tua dan kalau kebetulan keuangan longgar saya juga bersedekah, kenapa ya doa` saya untuk mendapatkan pasangan tidak juga kunjung dikabulkan?`.
`Lha kok tanya sama saya, mbak, kan saya tidak punya hak untuk menjawab, karena bukan saya yang bisa ngasih jodoh dan rejeki`.
`Tapi kan setidaknya ngasih pandangan atau masukan gitu,` jawabnya lagi.
Sejenak saya diam, lalu dengan berhati-hati banget karena takut melukai hatinya saya berkata.
`Sudah sebegitu yakinkah bahwa mbak sudah melakukan kebaikan yang pantas dinilai di mata Allah?`. Teman saya terdiam.
`Sudah sebegitu percaya dirinyakah mbak, merasa baik di mata Allah karena sudah melakukan begitu banyak amalan baik yang menurut mbak sudah pantas mendapatkan reward sesuai harapan mbak?`.
Teman, kadang kita menilai diri kita terlalu tinggi untuk mendapatkan apa yang kita inginkan, tidak pernah mau melihat ada hikmah apa dibalik tidak atau belum terkabulkannya doa kita.
Bisa jadi kita menilai diri kita telah melakukan banyak kebaikan sehingga kita pantas mendapatkan reward atau terkabulkannya doa-doa kita. Padahal di mata Allah, belum tentu kita sebaik itu.
Pernahkah kita berpikir bahwa Allah adalah Yang Maha Tahu yang berbaik untuk kita. Bisa jadi kita belum diberi jodoh agar kita semakin rajin beribadah, karena siapa tahu kalau kita sudah punya pasangan ternyata kita jadi tidak khusyu` sholat, tidak ada waktu membaca Al-Qur`an, jadi berat bersedekah dengan alasan kebutuhan hidup yang makin mahal. Jadi ogah puasa sunnah karena pasangan kita tidak mengijinkan dengan alasan tertentu. Allah mungkin hanya ingin menguji kesabaran kita. Siapa tahu, ketika penghasilan kita tidak sebanyak orang lain, namun kita selalu diberikan kesehatan, kecukupan dan keberkahan walau tanpa kemewahan yang sering kita idamkan. Jangan-jangan kalau kita dibikin kaya kita lupa bersyukur dan enggan berbagi karena merasa kekayaan kita adalah semata-mata hasil kerja keras kita tanpa campur tangan Allah SWT.
Saya bisa mengerti kesepian dia, beratnya hidup yang harus dijalaninya sendiri tanpa ada pasangan yang dapat memberikan bantuan secara materi maupun batiniah. Namun hanya berfokus pada `kenapa doaku tak terkabulkan` akan membuat kita makin berprasangka buruk kepadaNya dan menjadikan ibadah kita tidak khusyu`, seolah-olah ibadah kita hanya karena ingin mendapatkan reward bukan semata-mata karena kita mencintaiNya.
Teman saya hanya diam lalu berpamitan pulang. Entah apa yang sedang dipikirkannya, saya pun buru-buru meminta maaf karena mungkin merasa sudah melukai hatinya. Setelah teman saya pergi, saya jadi berpikir..jangan-jangan saya juga dihinggapi perasaan terlalu berbangga diri karena merasa diri sudah beribadah dan melakukan kebaikan hanya karena ingin mendapatkan sesuatu. Segara saya baca istighfar dan mengambil wudhu untuk sholat isya.
Ya Allah, ampunilah hambaMu ini yang telah begitu bangganya menilai diri sendiri.

3 comments:

  1. Replies
    1. silahkan di share mbak Nafidzah.. terima kasih sudah mampir di blog saya. salam kenal.

      Delete
  2. Saya suka tulisannya mbak, ijin merenung yah jangan lupa mampir ke blog saya

    http://irgimnur.blogspot.com/

    ReplyDelete