Saturday, June 3, 2017

#Day17 Cerpen, Cinta yang menyembuhkan

Akhir-akhir ini bila tidak ada tugas yang dikerjakan untuk sekolah, Keisha jarang berkumpul bersama geng Lima Sekawannya. Sudah seminggu ini. Tiap kali Novem bertanya pada Keisha, gadis kecil berkepang dua itu hanya menjawab, ada yang harus kulakukan. Tapi Keisha tak pernah memberitahukan apa yang dilakukannya hingga tak datang ke rumahnya. Ayah, ibu Novem dan kedua kakak perempuannya juga bertanya mengapa gadis kecil itu tak pernah lagi main ke rumah, apakah mereka bertengkar? Tapi Novem hanya berkata tak tahu. Tapi dalam hati Novem berkata, aku akan mencari tahu.

Nenek Keisha menyapanya dengan ramah saat bertemu di pasar dekat sekolahan setiap pagi. Berarti beliau sehat-sehat saja. Kakak laki-laki Keisha bersekolah di sekolah yang sama dan bertemu dengannya tiap hari, berarti tidak ada masalah. Lalu kenapa Keisha seperti menghilang? Juned, Ferry dan Joe juga tak tahu kenapa. Keisha juga jarang tampak di perpustakaan, kalaupun sempat bertemu sebentar saat Keisha akan meminjam dan mengembalikan buku, setelah itu menghilang entah kemana.

Hari itu Novem membolak balik Big Book mereka bulan ini, isinya hanya beberapa rumus modifikasi miliknya, gambar milik Juned, beberapa catatan perjalanan Ferry dan Joe. Minus milik Keisha. Biasanya anak itu akan menulis cerita, lalu bergiliran Juned, Ferry atau Joe yang menggambarkan ilustrasinya. Ada satu cerita yang sangat Novem suka. Tentang suasana pasar malam yang Keisha temui di sebuah desa ketika neneknya mengajaknya berkunjung ke rumah salah satu kerabat mereka. Lalu Joe, Ferry dan Juned bergantian menggambar dengan detail apa yang diceritakan Keisha, komidi putar, penjual mainan, penjaja makanan kecil keliling, penjual gulali, warung-warung dan anak-anak yang berlarian gembira bersama orang tua mereka. Membaca cerita-cerita Keisha atau puisinya adalah kegembiraan tersendiri untuk Novem yang jarang sekali bisa berpergian jauh dan tak bisa bercerita seperti Keisha.

Sepulang sekolah, biasanya Keisha mampir ke halaman belakang sekolah hanya untuk mengambil bunga kamboja merah yang berjatuhan. Biasanya bunga itu diselipkan di buku hariannya sehingga mengeluarkan bau harum. Kakak laki-lakinya sering menggodanya, baunya seperti hantu perempuan dalam film horror, tapi Keisha hanya tertawa. Beberapa kuntum bunga itu akan di tebar dimakam almarhum ibunya yang hampir setiap sore dia kunjungi.

Suatu siang, setibanya di halaman belakang sekolah yang sepi, Keisha menemukan seorang anak laki-laki membungkuk di depan pohon dan beberapa tetes darah nampak menetes membasahi tanah. Segera Keisha berlari menuju anak laki-laki itu dan alangkah terkejutnya ketika melihat anak itu menyilet jemari tangannya sendiri.

‘Gio! Hentikan!...”. Keisha berusaha merebut silet tipis yang biasa digunakan untuk bercukur orang dewasa.

“Biar saja, kata Gio”, mencoba mengelak. Detik berikutnya Keisha berhasil merebut silet itu dan membuangnya. Dikeluarkannya sapu tangan putih berbunga dari dalam tasnya dan dibalutkannya di jemari kiri Gio.

Anak laki-laki itu diam saja. Tak  ada air mata, hanya meringis kesakitan. Darah merembes di sapu tangan Keisha.

“Seharusnya, biarkan saja Kei”, bisik Gio.

Keisha hanya menatap Gio tak mengerti. Gio adalah salah satu teman sekelas Keisha. Dulu pernah berada satu kelompok belajarnya. Anak itu sangat nakal, suka mengganggu termasuk mengganggu Keisha padahal sebelumnya dia dikenal sebagai anak yang baik. Sering Keisha melihat jari-jarinya luka, namun Gio menjawab hanya terkena benang layang-layang yang dia beri pecahan kaca agar bisa menang saat adu layangan. Saat itu Keisha tak mengerti mengapa Gio dan anak laki-laki lainnya bermain sesuatu yang berbahaya seperti itu. Kadang-Kadang Juned, Ferry atau Joe memang melakukan hal yang sama namun pecahan beling itu tak pernah sampai melukai jemari mereka.

“Gio, kamu bohong waktu kamu bilang jemarimu luka karena benang layang-layang kan?. Ternyata kamu melukai jemarimu sendiri, kenapa?”. Mata Keisha berkaca-kaca.

“Apakah ibumu nanti tak khawatir?”, Tanya Keisha.

“Ayah dan ibuku tak pernah peduli denganku Kei, mereka hanya sibuk bertengkar, kakak-kakakku lebih suka main dengan anak-anak sebaya mereka. Atau bahkan pergi dari rumah.”

“Mengapa mereka tak peduli? Kamu kan anak mereka?”. Keisha berusaha merawat luka Gio 
sebisanya dengan membalut jemari kirinya. Hampir semua kulit di kelima jarinya tergores pisau silet.

“Aku melakukannya tiap hari, Kei”.

“Melakukan apa?”, Tanya Keisha.

“Setiap pagi sebelum berangkat ke sekolah, bila ayah dan ibuku bertengkar, aku akan menggoreskan satu pisau silet di salah satu jemari. Goresan lainnya, bila kakakku menyakitiku dan mengejekku”.
Keisha tercengang.

Tuhan, memiliki kedua orang tua yang lengkap, dan saudara-saudara yang banyak ternyata tidak selamanya membahagiakan. Barangkali Gio mengalami kesepian yang sama seperti yang kualami. Tapi Gio lain. Ayah dan ibu mereka ada tapi seperti tidak ada. Apakah mereka ingat ada Gio diantara mereka? Mengapa mereka harus bertengkar dan mengabaikan yang lainnya?. Pertanyaan-pertanyaan yang tak mampu Keisha jawab apalagi Gio. Dia tak pernah mengerti, jangan-jangan mereka Gio dan kakak-kakaknya tak pernah diharapkan ada. Bagi kakaknya Gio adalah pelampiasan kekesalannya akan kondisi tidak nyaman di rumah, walau tanpa mereka sadari Gio juga butuh perhatian seperti mereka. Gio pasti lebih sedih daripada aku yang memang tak berayah dan beribu.

“Kumohon jangan lakukan lagi, Gio. Jangan pernah menyakiti dirimu sendiri”. Keisha berkata setengah memohon. Jemarinya bertaut menggenggam tangan Gio yang luka.

Gio berjanji tidak akan melakukannya lagi, siang itu. Namun di hari berikutnya, Keisha kembali menemukan Gio melakukan hal yang sama. Hingga sepulang sekolah, Keisha mengikuti Gio kemana dia pergi, memastikan dia pulang tak lagi menyakiti dirinya. Pernah dengan kasar Keisha merebut tasnya, sementara Gio terdiam membisu. Keisha merampas semua pisau silet dalam tas Gio dan menukarnya dengan rautan untuk menajamkan pensil.

“Kenapa kamu mau memperhatikan dan menemaniku, Kei? Bukankah setiap siang kamu sering bersama Novem, Juned, Joe dan Ferry bermain dan belajar bersama?”.

“Kamu..tahu?”, Tanya Keisha.

Gio tertawa lalu berkata, “Aku tahu dan aku iri dengan mereka. Teman-temanku hanya menyakitiku tapi mereka begitu menyayangimu”.

“Aku akan menjadi temanmu, asal kamu berjanji tidak akan menyakiti diri sendiri”.

Sejak saat itu Keisha makin dekat dengan Gio. Saat jam istirahat Keisha selalu menyempatkan diri menemui Gio di halaman belakang sekolah. Mereka berbagi bekal makan siang dan bercerita. Buat Keisha yang terpenting adalah memeriksa tas Gio, jangan sampai ada pisau silet atau benda tajam di dalam tasnya. Gio pun tak lagi suka mengganggu di kelas. 

Suatu siang, ketika mereka hanya berdua saja di halaman belakang sekolah, Gio menyodorkan sebuah sapu tangan berbunga dengan sedikit noda darah yang telah memudar.

“Aku ingin mengembalikan sapu tangan ini kepadamu, tapi maaf aku tak bisa menghapus semua noda darahnya. Susah sekali hilangnya padahal aku sudah mencuci dan merendamnya berkali-kali”, keluh Gio sambil menunjukkan sapu tangan itu pada Keisha. Tapi sebelum Keisha menjawab, Gio sudah berkata lagi.

“Tapi kalau boleh, aku ingin menyimpannya”, pinta Gio.

“Untuk apa?”, Tanya Keisha keheranan.

“Agar aku selalu ingat bahwa masih ada orang baik di dunia ini”. Keisha dan Gio saling bertatap mata.

“Aku akan selalu menjadi sahabatmu, Gio. Mungkin tak akan pernah bisa menggantikan posisi ayah, ibu dan kakak-kakakmu. Tapi percayalah, aku akan berusaha menjadi teman yang baik. Dan kamu boleh menyimpan sapu tangan jelek itu”. Mereka berdua tersenyum.

Pagi itu Novem yang sengaja datang lebih awal, melihat Keisha duduk sebangku dengan Gio, mengajari anak laki-laki yang terkenal nakal itu pelajaran sekolah.

Perlahan Novem mendekati mereka.

“Sudah selesai pe-ermu, Kei?”, Tanya Novem yang tiba-tiba telah berada di dekat Keisha dan Gio.
Keisha agak terkejut menoleh, melihat Novem berdiri sambil melipat kedua lengannya di dada.

“Pe-erku sudah, tapi Gio sepertinya masih ada kesulitan, karena itu aku mengajarinya”, jelas Keisha.

“Asal jangan kamu kasih contekan begitu saja, biarkan dia berpikir sendiri”. Kalimat Novem memang terdengar pelan, tapi membuat Gio segera berdiri menghadap Novem.

“Aku mengerjakannya sendiri!”, seru Gio marah. Keisha kebingungan berdiri diantara mereka.

“Aku sudah selesai, Kei! Terima kasih, kamu bisa pergi ke tempat dudukmu sekarang”. Gio berkata ketus.

Sepeninggal Gio, Novem berkata pada Keisha,

“Kei, bisa bicara sebentar?”

“Kenapa akhir-akhir ini kamu tak pernah datang lagi ke markas kita?”, tanya Novem.

“Aku lihat setiap siang, kamu juga selalu berdua bersama Gio sepulang sekolah, sibuk sekali ya?”.

“Memangnya tidak boleh ?”, tanya Keisha.

“Boleh saja”, kata Novem”, tapi kita kan telah berjanji akan selalu berkumpul setiap siang di rumahku. Sudah sebulan ini kamu tak mengisi Big Book”. Novem menatap Keisha lama.

“Maaf, Novem. Aku tidak bermaksud mengabaikan kelompok kita, tapi ada yang harus kulakukan bersama Gio”. 

“Apa yang kamu lakukan bersamanya setiap siang?”, tanya Novem. Keisha melirik Big Book di meja Novem.

“Boleh kubawa buku itu? Akan aku ceritakan di buku itu. Sesungguhnya tidak ada yang kurahasiakan tentang apa yang kulakukan bersama Gio setiap siang, dan aku ingin kelompok kita tahu”.

Novem memberikan buku itu pada Keisha, masih ada waktu setengah jam sebelum pelajaran pertama dimulai. Keisha segera menuliskan apa yang dialaminya bersama Gio.

Menjelang jam pelajaran berakhir, Keisha menyerahkan buku itu pada Novem dan sambil menatap mata teman-temannya satu persatu, Novem, Juned, Joe dan Ferry, Keisha berkata, 

“Maaf, siang ini aku tak bisa hadir lagi di pertemuan kelompok kita. Ada yang harus kulakukan. Dan apa yang kulakukan sudah kutulis di buku itu”. 

Begitu bel pulang sekolah berdering, Keisha segera meninggalkan ruang kelas. Anak-anak yang lain berhamburan keluar kecuali Novem, Juned, Ferry dan Joe yang duduk bergerombol membaca jurnal mereka. Cerita yang baru saja di tulis oleh Keisha.

Kejahatan hanya bisa dibaikkan dengan kebaikan
Teman-teman, nenekku selalu berkata padaku bahwa kejahatan dan keburukan hanya bisa dibaikkan dengan kebaikan. Dan menolong orang yang membutuhkan adalah salah satu perbuatan baik. Maka ketika aku melihat seorang teman yang membutuhkan bantuan, apakah aku harus tinggal diam?

Seorang anak laki-laki, teman dekat kita setiap hari , telah menyakiti dirinya sendiri untuk mengobati sakit di hatinya. Bagaimana mungkin luka akan sembuh bila setiap hari luka itu diperbarui?
Pernahkah kalian merasakan memiliki orang tua tapi merasa seperti tak punya? Bahkan aku yang tak memiliki ayah dan ibu bisa lebih bahagia dari dia karena nenek dan kakakku sangat menyayangiku.

Maka yang kulakukan hanyalah menemaninya, mengajaknya bicara, agar dia tahu, masih ada orang yang memperhatikannya.

Setiap hari aku berusaha meyakinkan, tidak ada lagi alat dalam tasnya untuk menyakiti dirinya, setiap hari aku ingin bicara dengannya agar dia tahu dia tak sendiri dan setiap hari aku membawakannya makanan walau hanya sepotong roti dan air putih, karena lapar kerap membuat orang menjadi suka marah. 

Tidakkah kalian ingat kisahku ketika disakiti oleh anak-anak perempuan itu? Kalian, Novem, Juned, Ferry dan Joe datang membantuku menjauhkanku dari mereka. Aku berterima kasih, kalian menerimaku apa adanya.

Sekarang aku ingin membalas kebaikan kalian dengan melakukan kebaikan kepada orang lain yang membutuhkan. Aku tak bermaksud meninggalkan kalian, aku akan kembali ketika saatnya aku kembali.

Anak laki-laki yang membutuhkanku itu adalah Gio, yang setiap siang menggoreskan satu luka dengan pisau silet setiap kali ayah ibunya bertengkar di rumah, atau justru ketika kakak-kakak yang diharapkannya bisa menyayanginya justru menjadikan pelampiasan. Mereka sakit, mereka terluka, tapi yang bisa kulakukan hanya menyembuhkan salah satu dari mereka.
Hanya ini yang bisa kuceritakan, dan seperti kataku tadi, aku akan kembali ketika saatnya kembali.
# Kei.

Novem, Juned, Ferry dan Joe saling berpandangan. 

Seminggu dua minggu kemudian, Keisha tak pernah lagi datang. Hingga di suatu siang yang terik, ketika Novem, Juned, Joe dan Ferry sedang berkumpul di gazebo, tiba-tiba terdengar suara ceria itu berseru dari balik pagar kayu, seorang gadis kecil dengan rambut kepang dua, celana pendek selutut dan kaos bergambar mickey mouse berdiri di sana. Tak lupa, tas ransel coklat itu di punggungnya.

“Haaiiii…aku dataaanggg…”. Keisha tertawa-tawa sambil membawa sekantung buah mangga yang ia petik dari kebun di rumahnya. Segera Novem, Juned, Fery dan Joe menyambutnya dengan penuh suka cita. 

Selamat datang kembali Keisha, walau usahamu menemani Gio tak berhasil dan anak itu kembali menjadi nakal dan menyakiti orang lain bahkan dirinya sendiri, setidaknya Keisha telah mencoba melakukan yang terbaik.

Aku hanya ingin meninggalkan jejak kebaikan. Mungkin dia akan mengingatku tapi mungkin juga tidak. Tapi aku belajar sesuatu dari pengalaman pahit itu. Bersyukur Tuhan telah mempertemukan orang-orang terbaik dalam hidupku dan aku berjanji tak akan menyia-nyiakan mereka. Semoga Gio masih mendapatkan kesempatan untuk bertemu dengan orang baik lainnya,namun bila tidak, Tuhan, tolong jaga dan kuatkan dia.

2 comments:

  1. EDENPOKER Adalah Agen Poker IDN & Domino QQ Terpercaya Se Asia

    [IMG]http://i65.tinypic.com/2mm5k49.jpg[/IMG]
    KELEBIHAN BERMAIN DI www.edenpoker.co adalah :

    - PROMO TERBARU DARI WEB YANG SUDAH BERDIRI SUDAH 5 TAHUN DEPOSIT HANYA IDR 15.000 DAN WITHDRAW HANYA IDR 15.000.

    # Minimal Deposit IDR 15.000,-
    # Minimal Withdraw IDR 15.000,-
    # Bonus New Member 10.000,-
    # Bonus Deposit 5%,-
    # Bonus Rollingan 0.5%,-
    # Bonus Referral 10%,-
    # Sistem Transaksi Menggunakan Bank :
    BCA
    Mandiri
    BNI
    BRI
    # Di Dukung Oleh Costemer Service Yang Ramah Dan Siap Melayani 24 Jam Non Stop Setiap Harinya
    # Bonus Cashback Mingguan Dari Total Turn Over
    # Game Kami Di Jamin 100% no Robot Maupun Admin
    # Proses Deposit & Withdraw Aman Dan Cepat

    - Kami Selalu Memberikan Pelayanan Yang Nyaman & Terbaik Untuk Membuat Para Member Kami Merasa Nyaman Dan Senang, Ini Adalah Motto Dari Web Kami Yaitu www.edenpoker.co Sebagai Agen Judi Online Terbaik Terpercaya Hingga Sekarang ini.
    Untuk Imformasi Selajutnya Silakan Hubungi LINE, WA & Live Chat CS Kami Di :

    LiveChat : www.edenpoker.co
    Pin BBM :-
    Twitter Official :-
    WA : +855 7863 3569
    WeChat :-
    LINE : edenpoker

    Hormat Kami
    www.edenpoker.co

    ReplyDelete
  2. Hai kak, cerpennya bagus, menarik, dan sangat menginspirasi. Jangan lupa kunjungi blog kami untuk melihat karya-karya kami juga ya kak..

    ReplyDelete