Saturday, June 3, 2017

#Day20, Bantu sahabatmu berhijab

Masa SMA adalah masa paling indah. Kita mulai beranjak dewasa dan kadang saling menyukai lawan jenis. Masa pribadi mulai bertumbuh menuju dewasa melalui proses yang kadang tak mudah.
Kita mulai mencari jati diri, siapa saya dan mau jadi apa nanti ? Gaya berbicara dan berpakaian mulai berubah, mulai memperhatikan penampilan diri, bahkan jerawat sebijipun dapat membuat hati galau berhari-hari.

Demikian pula denganku, yang pada masa masa awal SMA sangat menyukai olah raga basket dan berteman dengan mayoritas laki-laki. Tidak ada perasaan istimewa, kami bermain bersama, ngobrol di pinggir lapangan atau main ke alun-alun kota. 

Menginjak kelas berikutnya, kami mulai berubah. Satu persatu sahabatku berhijab dan menjaga batas pergaulan dengan teman laki-laki. Aku masih sama, si tomboy dengan gaya dandanan seperti laki-laki, kaos lengan pendek kadang press body, kemeja dan jeans lengkap dengan sepatu kets adalah keseharianku. Meski rok SMA ku tak sependek yang lain.

Fida, salah seorang sahabatku mengajakku ikut kajian. Kebetulan hari minggu pagi aku  sedang kosong tidak acara main setelah jogging. Maka sesudah mandi dan berpakaian, aku memakai kerudung dan mengikuti kajian bersama Fida.

Saat di musholla sekolah, aku terkesima, hampir semuanya memakai jilbab dan rok panjang. Hanya ada beberapa yang memakai jeans dan kemeja lengan panjang serta kerudung ala kadarnya sepertiku. Pashmina  yang kukenakan pun kupinjam dari nenek.

Kajian itu membahas tentang salah satu istri Rasulullah SAW yang cerdas dan cantik, Aisyah ra. Lalu seorang ustadzah dengan gamis dan baju lebar berkata bahwa Aisyah ra meski pintar namun tetap menutup auratnya, berbicara dengan hijab membatasi antara dirinya dan penanya laki-laki.
Aku bergetar, apalagi saat sebuah ayat di bacakan :

Wahai Nabi,! katakanlah kepada istri-isttrimu , anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, “hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka .” Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun Maha Penyayang”. (QS Al Ahzab ayat 59)

Sesi tanya jawab pun digelar, salah seorang teman dari kelas lain bertanya yang kebetulan juga berkostum sama denganku.

“Ukhti,” sapanya pada ustadzah muda itu,” Meski tidak berjilbab namun tetap sholat dan berpuasa serta berbuat baik tidak apa-apa kan? Yang penting hatinya”.

Ustadzah muda itu tersenyum lembut lalu menjawab,

“Ukti, hukumnya sholat dan puasa Ramadhan apa?”.

“Wajib Ukhti”.

“Lalu kalau kamu meninggalkan sholat dan puasa, hukumannya apa?”.

“Dosa ukhti”.

“Tadi saya katakan hukumnya pakai jilbab apa, ukti ?”

“Wajib, ukhti”.

“Jadi, kalau sholat dan puasa ramadhan hukumnya wajib dan bila ditinggalkan berdosa, lalu bagaimana dengan mereka yang tidak menutup auratnya sesuai syari`at?”

“Dosa, ukhti”, jawabnya sambil menundukkan kepala.

“Tapi saya belum bisa berjilbab sekarang”. Katanya lagi

Ustadzah tersenyum, “Tidak apa-apa, mulailah dengan memakai pakaian panjang dan longgar. Sebagaimana anak-anak kecil yang belajar bacaan sholat dan berlatih puasa, kita lakukan dulu proses berjilbabnya pelan-pelan”.

Acara pengajian ditutup dengan saling berpelukan, berjabat tangan dan saling mendoakan semoga yang ingin berhijab dimudahkan.

Beberapa minggu kemudian aku mengutarakan niatku untuk berhijab kepada sahabatku Fida. Ia menyambutnya dengan gembira. Masalahnya, aku tak ada uang untuk membeli hijab dan seragam sekolah panjang. 

Tak disangka,Fida dan teman-teman pengajian bersama lulusan SMA kami yang berhijab mengumpulkam seragam sekolah bekas layak pakai untuk diberikan kepada saya dan beberapa teman yang ingin berhijab namun tak punya cukup biaya. Alhamdulillah akhirnya saya dan beberapa teman perempuan mulai berhijab atas bantuan Fida dan kakak kelas. 

Ini kemudian menjadi acara tahunan dengan mengumpulkan jilbab, pashmina, gamis dan rok panjang bekas namun layak pakai untuk membantu teman-teman yang membutuhkan.

Alhamdulillah, makin banyak teman perempuan yang memakai jilbab dan menjaga pergaulannya.
Semoga ini menjadi amal jariyah yang tak akan terputus.

No comments:

Post a Comment