Sunday, April 23, 2017

#Day13, Hidupmu Hidupku, lebih baik siapa?

Reuni sekolah akan diadakan. Tentunya aku menyambut dengan suka cita, bertemu dengan teman lama sungguh menyenangkan. Tak puas hanya berhubungan melalui dunia maya, kami pun sepakat menyelenggarakan reuni kelas.

Undangan telah diinformasikan melalui whatsapp group, yang tak tergabung karena alasaan tertentu akan didatangi tim sekalian mengumpulkan uang untuk konsumsi dan cinderamata.  termasuk teman yang berada di luar Jawa dan berhalangan hadir pun tetap menitipkan sejumlah dana untuk kelangsungan acara, sambil berpesan jangan lupa sharing foto-fotonya.

Malam itu, saat saya mendapatkan pesan tepatnya curhat dari seorang teman lama yang enggan datang ke acara reuni. Pertanyaan saya “mengapa tak ingin datang?” terjawab dengan curhat melalui pesan panjang.

“Aku malu datang ke reuni, karena aku tidak sesukses kamu, aku hanya ibu rumah tangga biasa, tak punya pekerjaan, tak punya karir”, keluhnya.

Sebelum menjawab aku menghela nafas panjang, kawan justru kehidupan sepertimu yang aku inginkan. Bahagia di rumah saja, mengurus rumah, anak dan suami tanpa kekurangan secara materi. Melakukan hal-hal yang disukai seperti membaca buku dan bercocok tanam di kebun kecil di sekitar rumah.

Tidak sepertiku yang harus membagi waktu antara keluarga dan pekerjaan. Bekerja 7 to 5, pulang masih harus mengurus rumah dan lain-lain. Target hidup yang membuatku harus tetap bekerja bukan hanya karena sekedar aktualisasi diri, meninggalkan anak hanya dengan pengasuh di rumah.

Sukses seorang wanita bukan karena karir dan gaji yang tinggi. Sukses wanita justru sepertimu, menjadi ibu rumah tangga, mengatur rumah dan menjadi istri yang baik. Suksesmu adalah ketika anakmu tumbuh, berkembang menjadi anak yang sholeh sholeha, pintar dan berakhlak mulia dibawah asuhanmu sendiri. Suksesmu adalah memiliki suami yang terawat dan setia karena kamu selalu ada di rumah dan mengatur rumah dengan baik.

Hidupmu yang aku inginkan kawanku, sementara kamu menginginkan hidup orang lain sepertiku. Aku mungkin terlihat sukses dengan pekerjaan dan gaji yang kamu kira berlebih, tapi ada kelelahan luar biasa saat aku harus menyelesaikan pekerjaan sesuai tenggat waktu, sesuai pimpinan inginkan dan politik kantor yang tak jarang membuat seseorang rela menjadi orang lain.

Bisa jadi hidupmu yang kamu keluhkan justru diinginkan oleh orang lain, mengapa harus mendambakan kehidupan lain sementara menjadi dirimu yang sekarang adalah yang terbaik ?

Masihkah kamu menginginkan kehidupan sepertiku, sahabat ? Bolehkah kita bertukar ?

No comments:

Post a Comment